Jumat, 29 Maret 2013

KESEHATAN MENTAL


TULISAN 3
Ø  Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu  yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Pengertian
Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Ia mengatakan:  “Genetic changes can improve the ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring, this process is called adaptation”.
Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjusment.
Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut  dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.  Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan, kegoncangan dan ketegangan  jiwa yang bermacam-macam, dan orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil, tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.  Lingkungan Keluarga
Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang  berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya tertekan, cemas dan stres.
Berdasarkan kenyataan  tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat  anak tidak memiliki rasa aman.
Lingkungan keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya, sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut.
Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan  yang mendukung hal tersebut.
Dalam hasil interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan, toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.
b.  Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c.  Lingkungan Sekolah
Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik  untuk mengamati perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini  proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Pendidikan remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk terjadi pertentangan antar generasi.
Pengembangan pribadi adalah kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan diri dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun modal manusia dan kesempatan kerja, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi. Konsep ini tidak terbatas pada pengembangan diri, tapi juga meliputi kegiatan-kegiatan formal dan informal bagi orang lain berkembang, dalam peran seperti guru, panduan, konselor, manajer, pelatih, atau mentor. Akhirnya, sebagai pengembangan pribadi terjadi dalam konteks institusi, mengacu pada metode, program, peralatan, teknik, dan sistem penilaian yang mendukung pembangunan manusia pada tingkat individu dalam organisasi.
Pada tingkat individu pribadi pengembangan, meliputi kegiatan sebagai berikut:
·         meningkatkan kesadaran diri
·         meningkatkan pengetahuan diri
·         bangunan atau memperbaharui identitas
·         mengembangkan kekuatan atau bakat
·         meningkatkan kekayaan
·         pembangunan rohani
·         mengidentifikasi atau meningkatkan potensi
·         bangunan mempekerjakan atau modal manusia
·         meningkatkan gaya hidup atau kualitas hidup
·         meningkatkan kesehatan
·         memenuhi aspirasi
·         memulai sebuah perusahaan atau otonomi kehidupan pribadi
·         menentukan dan melaksanakan rencana pengembangan pribadi
·         meningkatkan kemampuan sosial
Konsep ini mencakup bidang lebih luas daripada pengembangan diri atau self-help: pengembangan pribadi juga termasuk kepada orang lain berkembang. Hal ini dapat terjadi melalui peran seperti seorang guru atau mentor, baik melalui kompetensi pribadi (seperti keterampilan manajer tertentu dalam mengembangkan potensi karyawan) atau layanan profesional (seperti memberikan pelatihan, penilaian atau pembinaan).
Beyond mengembangkan diri dan mengembangkan orang lain, pengembangan pribadi adalah bidang praktek dan penelitian. Sebagai bidang praktik itu termasuk metode pengembangan pribadi, program pembelajaran, sistem penilaian, alat dan teknik. Sebagai bidang penelitian, topik pengembangan pribadi semakin muncul dalam jurnal ilmiah, review pendidikan tinggi, jurnal manajemen dan buku bisnis.
Apapun pembangunan – baik ekonomi, politik, biologi, organisasi atau pribadi – membutuhkan kerangka jika seseorang ingin mengetahui apakah perubahan telah benar-benar terjadi. kerangka pengembangan pribadi mungkin termasuk tujuan atau standar yang mendefinisikan akhir-poin, strategi atau rencana untuk mencapai tujuan, pengukuran dan penilaian kemajuan, tingkat atau tahap yang mendefinisikan tonggak sepanjang jalan pengembangan, dan sistem umpan balik untuk memberikan informasi tentang perubahan.
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.Sebagai contoh, banyak profesionalmemandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.
Stres bisa positif dan bisa negatif.Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.
Faktor Lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi, ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.
Faktor organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres.Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya.Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan antarpribadi.
Tuntutan tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang.Tuntutan tersebut meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres. Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut faktor emosional bisa menjadi sumber stres.
Tuntutan peran berkaitan dengan tekanan yang diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.
Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres.
Masalah ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasiyang berbeda menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang itu.
Akibat stress
Stres menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang sedang stres berat mungkin mengalami tekanan darahtinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap kecelakaan, dan sebagainya.Akibat stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori umum: gejala fisiologis, gejala psikologis, dan gejala perilaku.
Pengaruh gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis.Terdapat riset yang menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalammetabolisme, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan jantung.
Stres yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan pekerjaan.Ketidakpuasan adalah efek psikologissederhana tetapi paling nyata dari stres.Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya, ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan.
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.Ada banyak riset yang menyelidiki hubungan stres-kinerja.[Pola yang paling banyak dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah hubungan U-terbalik.Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi.Pola U-terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan terhadap perubahan dalam intensitas stres.
General Adaptation Syndrom (GAS)
Fisiologi mendefinisikan stress sebaga bagaimana tubuh bereaksi terhadapa stressor,nyata atau membayangkan. Suatu stimulus yang menyebabkan stress.Stres akut mempengaruhi organisme dalam jangka pendek; stress kronis dalam jangka panjang.  Selye meneliti efek stres.
Alarm tahap pertama. Ketika ancaman atau stressor diidentifikasi atau direalisasikan, respons stres tubuh adalah keadaan alarm.Selama tahap adrenalin akan diproduksi dalam rangka untuk membawa tentang -atau-penerbangan respons melawan . Ada juga beberapa aktivasi dari sumbu HPA , memproduksi kortisol .
Perlawanan adalah tahap kedua. Jika stressor tetap ada, menjadi perlu untuk mencoba beberapa cara untuk mengatasi stres.Meskipun tubuh mulai mencoba untuk beradaptasi dengan strain atau tuntutan lingkungan, tubuh tidak bisa begini terus menerus, sehingga sumber daya yang secara bertahap habis.
Kelelahan adalah final dan tahap ketiga dalam model GAS. Pada titik ini, semua sumber daya tubuh yang akhirnya habis dan tubuh tidak mampu untuk mempertahankan fungsi normal. Awal sistem saraf otonom gejala dapat muncul kembali (berkeringat, menaikkan denyut jantung dll). Jika tahap ketiga diperpanjang, kerusakan jangka panjang dapat mengakibatkan sebagai tubuh, dan sistem kekebalan tubuh kelelahan dan fungsi terganggu mengakibatkan dekompensasi .Hasilnya bisa memanifestasikan dirinya dalam penyakit jelas seperti bisul , depresi , diabetes , masalah dengan sistem pencernaan atau bahkan kardiovaskular masalah, bersama dengan penyakit mental lainnya.
Eustress dan Distress
Dimana fungsi meningkatkan stres (fisik atau mental, seperti melalui pelatihan kekuatan atau pekerjaan yang menantang) itu dapat dipertimbangkan eustress. stres persisten yang tidak diselesaikan melalui coping atau adaptasi, dianggap marabahaya, dapat mengakibatkankecemasan atau penarikan (depresi) perilaku.
Perbedaan antara pengalaman yang menghasilkan eustress atau tekanan ditentukan oleh perbedaan antara pengalaman (nyata atau membayangkan), harapan pribadi, dan sumber daya untuk mengatasi stres. pengalaman mengkhawatirkan, baik yang nyata maupun yang dibayangkan, bisa memicu respons stres.
Lazarus: model penilaian kognitif
Lazarus berpendapat bahwa agar situasi psikososial menjadi stres, harus dinilai seperti itu. Ia berpendapat bahwa proses kognitif dari penilaian adalah pusat dalam menentukan apakah suatu situasi yang berpotensi mengancam, merupakan bahaya / kerugian, tantangan, atau jinak.
Kedua faktor pribadi dan lingkungan pengaruh ini penilaian utama, yang kemudian memicu pemilihan mengatasi proses. Masalah-fokus coping diarahkan dalam mengelola masalah ini, sementara proses mengatasi emosi-fokus diarahkan untuk mengelola emosi negatif. penilaian sekunder mengacu pada evaluasi sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah, dan dapat mengubah penilaian utama.
Dengan kata lain, penilaian utama termasuk persepsi tentang bagaimana stres masalahnya dan penilaian seconday memperkirakan apakah seseorang memiliki lebih dari atau kurang dari sumber daya yang memadai untuk menangani masalah yang mempengaruhi penilaian secara keseluruhan stressfulness. Selanjutnya, coping fleksibel dalam bahwa individu umumnya mengkaji efektivitas coping pada situasi; jika tidak memiliki efek yang diinginkan, si dia biasanya akan mencoba strategi yang berbeda.
Sumber :
Schuler, E. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage, 2002
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar
 http://okkyyudistira.wordpress.com/2011/03/15/penyesuaian-diri-pertumbuhan-personal-dan-stres/

KESEHATAN MENTAL


TULISAN 2
Ø  Aliran PSIKOANALISA (Tokoh = Sigmund Freud)
Kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan dari keinginan atau dorongan yang mencari permunculan dalam perilaku pemikiran. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar (id, ego, superego), mimpi dan masa lalu.
1.       Mengabaikan potensi individu
2.       Melihat dari sisi invidu yang negative (neurotic dan psikotis)
3.       Memberikan gambaran pesimistik kodrat manusia
Pandangan Psikoanalisa, yaitu;
·         Adanya impuls-impuls yang tidak disadari
·         Melakukan defense mechanism
Yang paling menonjol dan utama dari kesadaran adalah mampu membuat manusia menyesuaikan diri terhadap lingkungan disekelilingnya.

Ø  Aliran BEHAVIORISME (Tokoh = John B.Watson)
Menolak bahwa; pikiran sebagai subyek dan dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia. Behaviorisme menolak perilaku bawaan. Manusia diperlakukan sebagai mesin, manusia bertingkah laku secara teratur, yang telah tersusun dengan baik, dan ditentukan sebelumnya. Aliran ini juga menekankan pada perilaku yang dipelajari daripada perilaku yang tidak dipelajari (refleks) dan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen-elemen/bangunan perilaku.

Ø  Aliran HUMANISTIK (Tokoh = Abraham Maslow, Rogers, Carl Jung)
Aliran ini menekankan perasaan orang tentang self. Setiap manusia memiliki kemampuan menjadi lebih baik, pandangan yang optimis&penuh harapan, dan berharap menjadi lebih baik dari potensi yang dimilikinya masing-masing. Ilmuwan belajar memahami manusia sebagai individu, tapi tetap sebagai mahluk yang umum dan universal.
1.       Fisiologis (makan, minum, dll.)
2.       Rasa Aman
3.       Love & Loving
4.       Penghargaan
5.       Aktulisasi Diri

Sumber :
Dwi dkk. 1996. Psikologi Umum I. Jakarta: Gunadarma.
Lundin, (1991). Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company.