Senin, 29 April 2013


§  Jenis- jenis Koping yang Konstruktif dan Positif (sehat)
Terdapat delapan indikator yang akan diukur. Semuanya akan dijelaskan sebagai berikut (dalam Auerbach dan Grambling, 1998).
Berorientasi pada Permasalahan (problem-solving focused)
d)     Confrontive coping
Merupakan usaha yang bersifat agresif dalam mengubah situasi, termasuk dengan cara mengambil resiko. Individu melakukannya dengan cara bertahan pada apa yang diinginkan.
e)      Planful problem solving
Memusatkan usaha pada masalah dengan hati-hati untuk mengatasi situasi yang menekan. Langkah lainnya dalam strategi ini adalah membuat perencanaan dari hal-hal yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah dan menjalankan rencana tersebut.
f)       Seeking social support
Usaha-usaha mencari nasihat, informasi, atau dukungan emosional pada lingkungan sosial di sekelilingnya. Caranya meminta pendapat orang lain terkait pemecahan masalah yang dihadapinya.
Berorintasi pada emosi (emotion focused)
g)      Distancing
Usaha yang bertujuan untuk menjaga jarak antara diri sendiri dengan masalah yang dihadapi dan bertingkah laku mengabaikan masalah tersebut. Individu dengan kondisi seperti ini merusaha menolak atau larut dalam masalah, dan menganggapnya seakan tidak pernah terjadi sesuatu.
h)      Self control
Usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut dengan cara menyimpannya. Individu akan berusaha menyimpan keadaan atau masalah yang sedang dihadapi agar orang lain tidak tahu
i)        Accepting responsibility
Usaha strategis yang pasif dimana individu mengakui atau menerima dirinya memiliki peran dalam maslaah tersbeut. Individu akan mengkritisi diri sendiri apabila sedang menghadapi masalah dan ia merasa dirinya yang bertanggung jawab.
j)        Escape avoidance
Strategi berupa perilaku menghindar atau melarikan diri dari masalah dan situasi stres dengan cara berkhayal atau berangan-angan juga dengan cara makan, minum, merokok, menggunakan obat-obatan. Individu berharap dnegan strategi tersebut situasi buruk akan segera berlalu.
k)      Positive reappraisal
Usaha-usaha untuk menemukan makna yang positif dari masalah atau situasi menekan yang dihadapi, dan dari situasi tersbeut individu akan berusaha menemukan suatu keyakinan baru yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi.
l)        Seeking social support
Strategi yang dipakai individu untuk mendapatkan simpati dan pengertian orang lain.
Sumber :
http://ceplukim-fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-64210-Nyangkut%20ke%20Psikologi-Pengukuran%20Coping%20Stress.html

Tulisan 3
                   PENGERTIAN DAN JENIS KOPING (COPING) STRESS
§  Pengertian dan Jenis Koping
Lazarus (1993) mendefinisikan coping sebagai berikut:
“Coping is defined as ongoing cognitive and behavioral efforts to manage specific external and/or internal demands that are appraised as taxing or exceeding the resources of the person.” Jika diterjemahkan secara umum dari definisi yang diberikan oleh Lazarus tersebut, coping adalah upaya perilaku dan kognitif yang berlangsung untuk mengelola tuntutan khusus internal dan/atau eksternal yang dinilai sebagai sesuatu yang membertakan atau melebihi sumberdaya orang tersebut. Lebih lanjut, di dalam Psycological Abstract perilaku koping didefinisikan sebagai penggunaan strategi kesadaan dan ketidaksadaran atau mekanisme dalam mengadaptasi stres, bermacam-macam gangguan, atau tuntutan lingkungan (American Psychological Asosiation, 1982 dalam Dyk & Schvaneveldt, 1987).
1.       Strategi Coping (Coping Strategies)
Lazarus dan Folkman (dalam Taylor, 1999) terdapat dua jenis coping, yaitu berorientasi pada permasalahan (problem-solving focused) dan berorintasi pada emosi (emotion focused). Keduanya akan dijelaskan sebagai berikut (dalam Auerbach dan Grambling, 1998).
Berorientasi pada Permasalahan (problem-solving focused)
a)      Confrontive coping
b)      Planful problem solving
c)      Seeking social support
Berorintasi pada emosi (emotion focused)
a)      Distancing
b)      Self control
c)      Accepting responsibility
d)     Escape avoidance
e)      Positive reappraisal
f)       Seeking social support
Sumber :

http://ceplukim-fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-64210-Nyangkut%20ke%20Psikologi-Pengukuran%20Coping%20Stress.html

§  Symptom Reducing Responses Stress
-          Respon terhadap Stress, menyangkut Defense Mechanism
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
Lazarus (1996), Coping: upaya manusia dalam mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umumnya neggatif atau merespon situasi penuh stres.
(Roesch & Weiner, 2001)
Coping berupa pelarian/penghindaran (misalnya berharap bahwa situasi akan berakhir dengan sendirinya) merupakan metode coping yang paling tidak efektif untuk mengadapi banyak masalah kehidupan.
Banyak orang meyakini bahwa tidak mungkin mendefinisikan secara objektif peristiwa atau situasi untuk  dapat dikategorikan sebagai stresor psikologi (a.l., Lazarus, 1966). Mereka menekankan aspek kognitif stres, yaitu, mereka meyakini bahwa cara kita menerima atau menilai lingkungan menentukan apakah terdapat suatu stresor.
Dua Dimensi Coping (Lazarus dan Folkman, 1984):
1.      Coping yang berfokus pada masalah
Mencakup bertindak langsung untuk mengatasi maslah atau mencari informasi yang relevan dengan solusinya. Contohnya adalah menyusun jadwal belajar untuk menyelesaikan berbagai tugas dalam satu semester sehingga mengurangi tekanan pada akhir semester.
2.      Coping yang berfokus pada emosi
Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negative erhadap stres, contohnya, dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari r asa nyaman dari orang lain.
Reaksi Stres:
a.       Reaksi pada Aspek Jasmaniah
Respon otomatis terhadap situasi yang menekan ditandai dengan kerja keras dari organ-organ yang ada dibawah system saraf simpatetik antara lain: pupil mata, produksi saliva menurun, paru-paru lebih mengembang karena oksigen lebih banyak, kadar gula dalam darah meningkat, jantung berdetak lebih keras, darah membawa oksigen dan glukosa lebih banyak sebagai sumber energy, kelenjar adrenalin memproduksi hormone adrenalin, pada limpa lebih banyak sel darah merah yang dikeluarkan dan membawa lebih banyak oksigen ke otot, pencernaan makanan terhenti dan energy dipusatkan ke otot. Bila situasi tetap tidak terkendali dan stres menjadi sesuatu yang kronis maka dapat beraibat munculnya berbagai macam penyakit.
b.      Reaksi pada Aspek Psikologis
Stres mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti bingung, khawattir, perubahan pola tidur, makan, perilaku seks, konsentrasi menurun, tidak mampu berfikir jernih, tidak mampu mengambil keputusan, harga diri menurun, kepercayaan diri berkurang, putus asa dan depresi. Individu yang sering stres cenderung melarikan diri dari keyataan, misalnya mengkonsumsi alkohok dan obat-obatan.

c.       Reaksi pada Aspek Social
Kehabisan tenaga untuk berartisipasi aktif dalam kegiatan di lingkungan sekitar. Pikiran negative mengatakan bahwa diri ditolak orang lain, sehingga muncul keyakinan bahwa orang lain membenci dan menolak diri. Akibatnya menarik diri dari lingkungan, dan menjauh dari hubungan denagn orag lain.

d.      Reaksi pada Aspek Spiritual
Individu yang mengalami kegagalan, musibah, atau bencana sering merasa putus asa, mengeluh bahwa Tuhan tidak adil, dan tidak rela atas takdir Tuhan yang menimpa dirinya. Individu tidak mampu berfikir jernih dan mengambil hikmah dari cobaan-Nya, bahkan keputusannya yang dialami dapat makin menjauhkan diri dari Tuhan.

Pendekatan Problem Solving (strategi koping yang spontan mengatasi stress)
Manusia adalah mahluk somato-psiko-sosial-spiritual, yang terdiri dari fisik, jiwa , spiritual, dan mahluk yang harus berinteraksi secara sosial dengan orang lain yang keempatnya saling berinteraksi karena unsur-unsur tersebut saling berkait, dan saling mempengaruhi sejak saat pembuahan sampai akhir hayatnya. Semua permasalahan yang timbul harus dicari keterkaitannya dengan melihat keempat unsur tersebut, agar pemecahannya masalah manusia lebih optimal
Bila permasalahan yang timbul hanya dilihat satu aspek saja , sedang ke-3 yang lain tidak diperhatikan , maka pemecahan masalah tidak akan berjalan secara sempurna . pendekatan seperti ini disebut pendekatan holistik.yang mempertimbangkan dan memperhatikan manusia dalam 4 unsur secara keseluruhan
Penyembuhan seseorang akibat gangguan psikosomatik ini tidak hanya berupa obat-obatan yang disesuaikan dengan gejala yang timbul tapi juga dengan menganjurkan pola hidup yang baik, olah raga, menyalurkan hobi, dan yang juga sangat penting adalah meningkatkan ibadah. Dengan peningkatan motivasi beribadah dan sikap beribadah, maka pasien akan memperkuat mental dan psikisnya , dan mendapat ketenangan. Dengan mengingat Allah maka harinya akan menjadi tenang dan tentram seperti Dalam Al-Quran surat Al-Rad (13:28) Allah berfirman. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Menurut Hawari Ada beberapa pengelolaan terhadap stress, yaitu
1. Olah raga.
2. Rekreasi
3. Kasih sayang
4. Sosial ekonomi
5. Menghindari Rokok
6. Pergaulan/Silaturahmi
7. Tidur yang cukup
8. Makanan yang seimbang dan teratur
9. Pengelolaan waktu yang baik
10. Agama
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada seseorang untuk melakukan sesuatu aksi atau tindakan dengan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Dengan motivasi, kita akan mengukur prilaku orang tersebut , bagaimana ia memberi perhatian, mengetahui relevansi antara motivasi dan kebutuhannya, kepercayaan dirinya dan hasil yang dirasakannya setelah ia melaksanakan motivasi, yang kemudian oleh peneliti di nilai sikap dan prilakunya .
Ibadah adalah amalan yang diniatkan untuk berbakti kepada Allah SWT, dengan menjauhi laranganNya dan melaksanakan perintahNya, yang pelaksanaanya diatur, secara syariah.
Jadi perilaku Ibadah adalah sikap seseorang untuk berbakti kepada Allah untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu mendapat ridho Allah..
Bagaimana kita menanggulangi stress agar terhindar dari psikosomatik , adalah dengan beribadah yang iklash. Allah berfirman dalam Al-Quran ” Katakanlah ,’Sesungguhnya Shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ” (al-An’amm:162)
QS Az-zumar 39:2. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut (IPD Mudjaddid, Shatri,, 684).
Gangguan psikosomatik tidak terlepas dari berbagai stresor psikososial dimana setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga ia harus menyesuaikan diri menanggulangi segala perubahan yang timbul, dan jenis-jenis stresor yang timbul misalnya: (1) stresor sosial seperti masalah pekerjaan, masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah keluarga, hubungan interpersonal, perkembangan, penyakit fisik, masalah kekerasan rumah tangga (2) stresor psikis seperti perasaan rendah diri, frustasi., malu, merasa berdosa. (3) stresor fisis (panas, dingin, bising, bau yang menyengat, banjir) dan lain-lain.
Stress menurut Hans Selye seorang ahli fisiologi dari Universitas Montreal merumuskan bahwa stress adalah tanggapan tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan atasnya.
Menurut Dadang Hawari, istilah stress dan depresi sering kali tidak dapat dipisahkan, setiap permasalahan kehidupan yang menimpa seseorang (disebut stresor psikososial) dapat menyebabkan gangguan fungsi/faal organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini disebut stress, dan manakala fungsi organ-organ tubuh tersebut sampai terganggu dinamakan distress. karena stress tidak dapat dihindari yang penting bagaimana manusia itu dapat menyikapi hidupnya tampa harus mengalami distress.
(Hawari, 1998:44)
Kegelisahan adalah pangkal dari stress, menurut Hans Selye Stress may also be defined as “the sum of physical and mental responses to an unacceptable disparity between real or imagined personal experience and personal expectations.(Stress juga dapat diartikan sebagai sejumlah respon fisik dan mental yang tidak diharapkan karena ketidak seimbangan antara yang terjadi atau yang di angankan dengan yang diharapkan” Gejala fisik yang terjadi dapat akut atau kronik (Wikipedia, the free encyclopedia)
Dalam mengahadapi stress, respon tubuh terhadap perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 3 fase (1)Alarm reaction (reaksi peringatan), pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor (perubahan) dengan baik, (2)The Stage of resisten (reaksi pertahanan), reaksi terhadap stresor sudah melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala psikis dan somatic, (3)Stage of Exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-psikosomatik tampak jelas.
Dasar-dasar psikopatofisiologi , gangguan psikis/konflik emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata juga diikuti dengan perubahan fisiologis dan biokemis pada tubuh seseorang, dan perubahan fisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan sistem syaraf outonom vegetatif, sistem endokrin dan sistem imun
(E. Mudjaddid, Hamzah, IPD ,686)
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan spikis antara lain :
Dispepsia Fungsional
Hipertensi esensial.
3. Asma bronkiale
Depresi , merupakan gangguan afektif yang ditandai dengan adanya mood depresi (sedih). Hilang minat dan mudah lelah. Pada umumnya pasien datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan somatik.
Ansietas merupakan kecemasan yang berlebihan dan lebih bersifat subyektif. Pada umumnya pasien datang ke poliklinik dengan keluhan somatik, dengan gejala cemas berlebihan, subyektif , tidak realistis.
Nyeri Psikogenik adalah keluhan nyeri yang penyebabnya bukan penyebab penyakit organik ditemukan gejala nyeri tampa kelainan organ yang jelas misalnya nyeri kepala, migren, mialgia, atralgia.
Motivasi dan sikap beribadah yang iklash dapat dijadikan alternatif sebagai psikoterapi suportif yang dapat mestabilkan hormon stress yang biasanya terpicu dalam jumlah banyak ketika stresor yang datang bertubi-tubi dan menyebabkan gejala-gejala psikosomatik. Sebelum gejala tersebut berkepanjangan, pasien di motivasi untuk mempertinggi ibadahnya sehingga selain diberikan pengobatan somatoterapi, maupun manipulasi lingkungan juga kita memberi beberapa tuntunan Ibadah seperti menjalankan solat 5 waktu tepat waktu, solat tahajud pada sepertiga malam terakhir, puasa sunah , zikir dan sodaqah. Nasehat secara verbal dapat memberi support kepada pasien agar dapat menjalankan hidup ini lebih rileks dan
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.
Beribadah adalah pengakuan kita terhadap Allah , dimana kita bergantung hanya pada satu yaitu Allah yang menciptakan manusia , dunia, dan alam semesta. Dengan pengakuan ini, timbulkan rasa aman dalam jiwa manusia bahwa ada pendukung hidupnya yang amat dekat, yang tidak akan pernah membuatnya sedih. QS, At-Taubah :40 ….La tahzan Innalaha Ma’ana, ”janganlah kamu bersedih sesugguhnya Allah berserta kita”
Dalam beribadah kita memerlukan motivasi motivasi menggerakkan sikap, tampa ada motivasi yang didasari keiklasan, apalagi semata-mata hanya menjalankan kewajiban, maka ibadah tersebut menjadi kering tampa makna. Bila kita membaca Quran tampa mengerti artinya , nasehat Allah kepada kita tidak akan masuk dalam dalam hati maupun jiwa kita.Bila tidak tertanam dalam jiwa, bagaimana mengamalkannya? Dalam Surah Fushilat :44 Allah berfirman”Qul huwa lil ladziina aamanuu hudaw wa syifaa ” yang artinya ” katakanlah :”Al-quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman”(QS, 41;44)
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.
Hidup ini penuh dengan segala cobaan jadi tidak mungkin hanya tidur, makan tampa bekerja, tidur kebanyakan juga bisa stress, kebanyakan kerja juga bisa stress, jatuh cinta enggak kesampaian juga bisa stress. hari ini jumat taggal 9 november , saya dan staf saya berkunjung ke rumah pasien-pasien yang menderita gangguan kejiwaan, beberapa dari mereka menunjukan hal yang menggembirakan, karena ada yang menderita skizofrenia , sekarang sudah bisa sembuh walaupun dalam pengawasan obat dan rawat jalan, alhamdulillah 2 dari penderita skizofrenia ada yang sudah menikah tahun ini dan sedang hamil. keberhasilan pengobatan adalah disebabkan berbagai faktor , yaitu pengobatan yang intensif, dukungan dari keluarga dan masyarakat. semakin dini pengobatan, makin prognosis nya makin baik.
Sumber :
http://selir-impian.blogspot.com/2012/04/stress.html
http://konselingkita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=47:faktor-penyebab-stress-akademik&catid=42:artikel&Itemid=64

§  Tipe- tipe Stress 
1. Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari  dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2.      Frustasi                                                              
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya  timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3.      Konflik
Konflik terjadi ketika induvidu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan.
Ada 3 jenis konflik yaitu :
a.       Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternative yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b.      Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c.       Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghinar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.
4. Kecemasan
Terjadi karena tingkat panik yang berlebihan dan tak bisa mengontrol paniknya itu,dan dia tidak bisa menghadapi keadaan di sekitarnya.
Sumber :
http://konselingkita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=47:faktor-penyebab-stress-akademik&catid=42:artikel&Itemid=64

Tulisan 2
PENGERTIAN STRESS

§  Arti Penting Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
-          Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
-          Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
-          Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Sedangkan berdasarkan definisi kerja stress, stress dapat diartikan sebagai:
Suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individual dan atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntunan psikologis atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang. 
Sebagai suatu tanggapan penyesuaian, dipengaruhi oleh perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar ( lingkungan ) situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan pada seseorang.
-          Menurut Mason (1971 ) membantah konsep yang mengatakan bahwa stress hanyalah merupakan badaniah saja. Ditunjukkkannya bahwa daya adaptasi seseoarang itu tergantung pada faktor-faktor kejiwaan atau psikologiknya yang menyertai stresor. Stres bukanlah konsep faal saja, lebih banyak dilihat sebagai konsep perilaku, setiap reaksi organisme terhadap stresor memungkinkan sekali terlebih dahulu dimulai oleh kelainan perilaku dan kemudian mungkin baru terjadi akibat faal, kemudian Mason (1976 ) menunjukkan bahwa terdapat pola hormonal yang berbeda terhadap stresor fisik yang berbeda.
Pada penelitain Wolf dan Goodel ( 1968 ) bahwa individu-individu yang mengalami kesukaran dengan suatu sistem organ, cenderung akan bereaksi etrhadap stresor dengan gejala dan keluhan dalam sistem organ yang sama.Kondisi sosial, perasaan dan kemampuan untuk menanggulangi masalah, ternyata mempengaruhi juga aspek yang berbeda-beda dari reaksi terhadap stres.
-          Menurut Selye (Bell, 1996) stress diawali dengan reaksi waspada (alarm reaction) terhadap adanya ancaman, yang ditandai oleh proses tubuh secara otomatis, seperti: meningkatnya denyut jantung, yang kemudian diikuti dengan reaksi penolakan terhadap stressor dan akan mencapai tahap kehabisan tenaga (exhaustion) jika individu merasa tidak mampu untuk terus bertahan.
-          Lazarus (1984) menjelaskan bahwa stress juga dapat diartikan sebagai:
Stimulus, yaitu stress merupakan kondisi atau kejadian tertentu yang menimbulkan stress atau disebut juga dengan stressor. 
Respon, yaitu stress merupakan suatu respon atau reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan stress. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: takut, cemas, sulit berkonsentrasi dan mudah tersinggung.
 Proses, yaitu stress digambarkan sebagai suatu proses dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stress melalui strategi tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Jadi, stress dapat mempengaruhi fisik, psikis mental dan emosi. Tetapi, stress dapat mempunyai dua efek yang berbeda, bisa negatif ataupun positit, tergantung bagaimana kuatnya individu tersebut menghadapi stress atau bagaimana individu tersebut mempersepsikan stress yang sedang dihadapinya.

Sumber :
Efek- efek Stress (Hans Selye), General Adaption Stress
Istilah stres ditemukan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stress sebagai respon yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilah stres dapat digunaan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang disulut oleh berbagai faktor psikoogis atau faktor fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut.
Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan kerena individu dihadapkan pada situasi internal dan eksternal. Sedangkan menurut Korchin (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan-tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang. Stres tidak hanya kondisi yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989). Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu :
I. Stimulus
 Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stresor menjadi tiga :
1.       Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi.
2.       Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai.
3.       Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak atau bising.
II. Respon
 Respon adalah reaksi sesorang terhadap stresor. Untuk itu dapat diketahui dari dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan komponen fisiologis.
1.       Komponen psikologis, seperti perilaku, pola pikir dan emosi
2.       Komponen fisiologis, seperti detak jantung, mulut yang mongering (sariawan), keringat dan sakit perut. Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
III. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stesor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia  dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah transaksi antar manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.

STRES YANG NEGATIF DISEBUT DISTRESS
Stres dapat berarti suatu hal yang menekan kita. Stres juga dapat diartikan sebagai reaksi tubuh kepada lingkungan melalui meningkatnya tekanan internal tubuh dan tegangan antara otot tubuh. Stres yang terjadi dalam durasi yang lama dapat mendatangkan penyakit dalam tubuh. Selain penyakit, stres juga dapat mencuri kebahagiaan yang Anda miliki dalam hidup ini. Apabila Anda menjalani hidup dengan ketidakbahagiaan, tentunya hidup akan terasa lebih sulit. Stres seringkali dikenal sebagai sesuatu yang mesti dihindari, karena membuat seseorang merasa tidak nyaman. Stres seringkali dianggap mendatangkan hal yang bersifat negatif.
STRES YANG POSITIF DISEBUT EUSTRES
Eustress atau stres yang positif adalah stres yang menyebabkan Anda beradaptasi dan meningkatkan kemampuan adaptasi Anda. Eustress juga dapat memperingati Anda jika kemampuan dalam mengangani stres sudah tidak mencukupi sehingga dapat meningkatkan kemampuan coping . Intinya,eustress menantang Anda untuk hidup lebih baik l
Gangguan psikologis ditandai dengan simpto-simptom nyata yang disebabkan ataudiperburuk faktor psikologis, istilah ini lebih banyak dipakai dibanding istilah sebelumnnyayaitu psikosomatis. Gangguan psikofisis merupakan penyakit yang mencakup kerusakantubuh yang sebagian disebabkan oleh faktor-faktor psikologis. Gangguan psikofisis tidak lagimuncul sebagai kategori diagnostik dalam DSMPada tahun 1936 Hans Selye seorang dokter memperkenalkan sindrom adaptasimenyeluruh (general adaptation syndrome-GAS) suatu gambaran respon biologis untuk bertahan dan mengatasi stress fisik . terdapat 3 fase
-          Fase pertamaReaksi alarm sistem saraf otonom di aktifkan oleh stress jika stress terlalu kuat terjadi lukapada saluran pencernaan kelenjar adernalin membesar dan thimus menjadi lemah.
-          Fase keduaResistensi organisme beradaptasi dengan stress melalui berbagai mekanisme coping yang dimiliki.
-          Fase ketigaJika stresor menetap atau organisme tidak mampu merespon secara aktif yaitu suatu tahapkelelahan yang amat sangat dan organisme mati atau menderita kerusakan yang tidak dapatdiperbaikiIni digunakan dalam literatur kronologi namun dengan perubahan mendasar dalamdefinisinya . beberapa peneliti mengikuti pendapat tersebut dan tetap menganggap stresssebagai respon namun peneliti lain melihat stress sebagai suatu stimulus. Konsep copingyaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi yang umumnyanegatif yang ditimbulkannya . bahkan diantara mereka yang menilai suatu situasi sebagaipenuh stress efek stress dapat bervariasi tergantung pada bagaimana individu menghadapisituasi tersebut. Lazarus dan para koleganya mengidentifikasi dan dimensi coping

-          Problem focused copingMencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yangrelevan dengan solusi
-          Emotion focused copingMerujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadapstress
General Adaptation Syndrom. GAS, merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.
General Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun
Fase alarem melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
b. Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau normal
tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel – sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
c. Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.

KONSEP ADAPTASI
Faktor penting yang mempengaruhi tingkah
laku manusia :
1. Kebutuhan
Kebutuhan badaniah
Kebutuhan psikologis
2. Dorongan
Menjamin agar manusia berusaha
memenuhi kebutuhannya.

Stress terjadi jika orang dihadapkan dengan peristiwa yang dirasakan sebagai mengancam fisik atau psikologisnya
Peristiwanya di sebut stressor
Reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.
DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.

ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress
1. Kenaikan tekanan darah
2. Peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung.
3. Peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan
4. Telapak tangan berkeringat Tangan dan kaki dingin
5. Postur tubuh yang tidak tegap
6. Keletihan
7. Sakit kepala
8. Gangguan lambung
9. Suara yang bernada tinggi
10. Mual,muntah dan diare.
11. Perubahan nafsu makan
12. Perubahan berat badan
13. Perubahan frekwensi berkemih
14. Dilatasi pupil
15. Gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ; Tarstasky, 1993).
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
 Ansietas
ü
 Depresi
ü
 Kepenatan
ü
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
ü
 Perubahan dalam kebia
üsaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
 Kelelahan mental
ü
 Perasaan tidak adekuat
ü
 Kehilangan harga diri
ü
 Peningkatan kepekaan
ü
 Kehilangan motivasi.
ü
 Ledakan emosional dan menangis.
ü
 Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
ü
 Kecendrungan untuk membuat kesalahan (mis. buruknya penilaian).
ü
 Mudah lupa dan pikiran buntu
ü
 Kehilangan perhatian terhadap hal-hal yang rinci.
ü
 Preokupasi (mis. mimpi siang hari )
ü
 Ketidakmampuan berkonsentrasi pada tugas.
ü
 Peningkatan ketidakhadiran dan penyakit
ü
 Letargi
ü
 Kehilangan minat
ü
 Rentan terhadap kecelakaan.
ü

ADAPTASI PERKEMBANGAN
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat (Haber et al, 1992).
Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan , dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman.Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial (Dubos, 1992).
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas.

MANAJEMEN STRESS
Manajemen stress kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran rrespon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.

MANAJEMEN STRESS UNTUK KLIEN
—REGULER EXERCISE
—DIET DAN NUTRISI
—SUPPORT SISTEM
—TIME MANAGEMENT
—HUMOR
—ISTIRAHAT
—TEHNIK RELAKSASI
—SPIRITUALITAS

Cara Penyesuaian Diri
Bila seseorang mengalami stress maka segera ada usaha untuk mengatasinya. Hal ini dikenal sebagai Homeostasis yaitu usaha organisme yang terus menerus melakukan pertahanan agar keadaan keseimbangan selalu tercapai. Stress dapat terjadi pada bidang badaniah ( stress fisik atau somatik ).

Misalnya : bila terjadi infeksi atau penyakit, menggerakkan mekanisme penyesuaian somatik, terjadi reaksi :
•Pembentukan zat anti kuman, zat anti racun
•Mobilisasi leukosit ke tempat-tempat invasi kuman
•Lebih banyak melepaskan kortisol, adrenalin dan sebagainya
Usaha tubuh untuk mencapai keseimbangan kembali

Berorientasi pada tugas : Bertujuan menghadapi stressor secara sadar, realistik, objektif, rasional
Pembelaan ego
Melindungi individu dari kecemasan
Meringankan penderitaan bila mengalami suatu kegagalan
Menjaga harga diri

Misalnya : seseorang yang menghadapi kegagalan è kemungkinan bereaksi :
• penyesuaian diri berupa serangan (bekerja lebih keras) atau menghadapi secara terang-terangan
• menarik diri dan tidak mau tau lagi (tidak berusaha)
• kompromi atau mengurangi keinginannya lalu memilih jalan tengah

Reaksi tersebut menunjukkan langkah-langkah :
a.Mempelajari dan menentukan persoalan
b.Menyusun alternatif penyelesaian
c.Menentukan tindakan yang mempunyai kemungkinan besar akan berhasil
d.Bertindak
e.Menilai hasil tindakan dan dapat mengambil langkah yang lain bila kurang memuaskan

Mekanisme Pembelaan EGO

Bila digunakan terus menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan lama kelamaan akan mendapat ancaman/bencana. Oleh karena mekanisme ini Tidak realistik Mengandung banyak unsur penipuan diri sendiri Distorsi realitas pemutarbalikan realitas)

Mekanisme Pembelaan EGO
1.IDENTIFIKASI
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu ciri atau segi tertentu dari figure itu ditransfer pada dirinya. Dengan demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan artis idolanya yang ia kagumi.
2. INTROJEKSI
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai, norma-norma dari luar diikuti atau ditaati, sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar. Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
3. PROJEKSI
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan keinginan, impuls-impuls sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya
4. REPRESI
Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik) sehingga menjadi nirsadar dilupakan/tidak dapat diingat lagi). Represi membantu individu mengontrol impuls-impuls berbahaya.Contoh :Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan
5. REGRESI
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang bersifat primitif).
Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika seorang adiknya dilahirkan.
Esvi yang berumur 4 tahun mulai mengompol lagi sejak adiknya yang baru lahir dibawa pulang dari rumah sakit
6. REACTION FORMATION
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal karena sifatnya ekstrim dan sukar diterima.
Misalnya :
Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
7. UNDOING
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
8. DISPLACEMENT
Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah-marah pada adik-adiknya
9. SUBLIMASI
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat
10. ACTING OUT
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginan terhalang.
Misalnya :
Mengatasi problem dengan jalan paling sedikit bertengkar
11. DENIAL
Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.
Misalnya :
Seorang gadis yang telah putus dengan pacarnya, menghindarkan diri dari pembicaraan mengenai pacar, perkawinan atau kebahagiaan
12. KOMPENSASI
Menutupi kelemahan dengan menonjolkan kemampuannya atau kelebihannya.
Misalnya :
Saddam yang merasa fisiknya pendek sebagai sesuatu yang negatif, berusaha dalam hal menonjolkan prestasi pendidikannya
13. RASIONALISASI
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak menjatuhkan harga dirinya.
Misalnya :
Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya ketika ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai semesternya buruk.
14. FIKSASI
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran, dsb) sehingga perkembangan selanjutnya terhambat.
Misalnya :
Seorang gadis yang tetap berbicara kekanak-kanakan atau seseorang yang tidak dapat mandiri dan selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya dan orang lain.
15. SIMBOLISASI
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti suatu keadaan atau hal yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kegelisahannya/kecemasannya. Setelah ditelusuri, ternyata ia pernah melakukan masturbasi sehingga perasaan berdosa/cemas dan merasa kotor
16. DISOSIASI
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran /identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)
17. KONVERSI
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba merasa sakit sehingga tidak masuk kuliah

Sumber :
http://susanblogs18.blogspot.com/2012/12/penjelasan-konsep-cemas-stress-dan.html#ixzz2RlkAoRQt