TULISAN 3
Ø Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi
terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang
menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya, karena
ketidak-mampuannya dalam menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga,
sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui
bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka
untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan.
Pengertian
Pengertian
penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan
pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan
teori evolusinya. Ia mengatakan: “Genetic changes can improve the
ability of organisms to survive, reproduce, and, in animals, raise offspring,
this process is called adaptation”.
Sesuai dengan
pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi
terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup seperti cuaca
dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali
kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan
keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah
psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut
dengan istilah adjusment.
Adjustment itu
sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
sendiri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan
itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus
menyesuaikan diri.
Berdasarkan
uraian di atas dapat dikatakan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses
dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan
yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar
pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa kemampuan manusia
sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan
lingkungannya.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Pada dasarnya
penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian
sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai
berikut :
1. Penyesuaian
Pribadi
Penyesuaian
pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia
menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya
dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari
dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya
pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya
kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak
puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya
gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah
yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut
dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian
diri.
2. Penyesuaian
Sosial
Setiap
iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat
proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses
tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah
aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai
penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang
ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup
dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup
hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah,
teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat
sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap
berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh
sang individu.
Apa yang
diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat
masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan
individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik.
Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah
kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap
masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan
norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan
kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan
dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga
menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola
tingkah laku kelompok.
Kedua hal
tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka
penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan
kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti
pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah
yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha
mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap
beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak
dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.
Pembentukan
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
diri yang baik, yang selalu ingin diraih setiap orang, tidak akan dapat
tercapai, kecuali bila kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari
tekanan, kegoncangan dan ketegangan jiwa yang bermacam-macam, dan
orang tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran dengan cara objektif serta
berpengaruh bagi kehidupannya, serta menikmati kehidupannya dengan stabil,
tenang, merasa senang, tertarik untuk bekerja, dan berprestasi.
Pada dasarnya
penyesuaian diri melibatkan individu dengan lingkungannya, pada penulisan ini
beberapa lingkungan yang dianggap dapat menciptakan penyesuaian diri yang cukup
sehat bagi remaja, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan Keluarga
Semua konflik
dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan
dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan
kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam
keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti.
Rasa dekat
dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa
seorang individu. Dalam prakteknya banyak orangtua yang mengetahui hal ini
namun mengabaikannya dengan alasan mengejar karir dan mencari penghasilan yang
besar demi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan menjamin masa depan
anak-anak. Hal ini seringkali ditanggapi negatif oleh anak dengan merasa bahwa dirinya
tidak disayangi, diremehkan bahkan dibenci. Bila hal tersebut terjadi
berulang-ulang dalam jangka waktu yang cukup panjang (terutama pada masa
kanak-kanak) maka akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri di kemudian hari. Meskipun bagi remaja hal ini kurang
berpengaruh, karena remaja sudah lebih matang tingkat pemahamannya, namun tidak
menutup kemungkinan pada beberapa remaja kondisi tersebut akan membuat dirinya
tertekan, cemas dan stres.
Berdasarkan
kenyataan tersebut diatas maka pemenuhan kebutuhan anak akan rasa
kekeluargaan harus diperhatikan. Orang tua harus terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas pengasuhan, pengawasan dan penjagaan pada anaknya; jangan
semata-mata menyerahkannya pada pembantu. Jangan sampai semua urusan makan dan
pakaian diserahkan pada orang lain karena hal demikian dapat membuat anak
tidak memiliki rasa aman.
Lingkungan
keluarga juga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang
dipelajari melalui permainan, senda gurau, sandiwara dan pengalaman-pengalaman
sehari-hari di dalam keluarga. Tidak diragukan lagi bahwa dorongan semangat dan
persaingan antara anggota keluarga yang dilakukan secara sehat memiliki
pengaruh yang penting dalam perkembangan kejiwaan seorang individu. Oleh sebab
itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak
dimengerti olehnya atau sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan olehnya,
sebab hal tersebut memupuk rasa putus asa pada jiwa individu tersebut.
Dalam
keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat
berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai
hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga, mulai orang
tua, kakak, adik, kerabat maupun pembantu. Kemudian dalam lingkungan keluarga
individu mempelajari dasar dari cara bergaul dengan orang lain, yang biasanya
terjadi melalui pengamatan terhadap tingkah laku dan reaksi orang lain dalam
berbagai keadaan. Biasanya yang menjadi acuan adalah tokoh orang tua atau
seseorang yang menjadi idolanya. Oleh karena itu, orangtua pun dituntut untuk
mampu menunjukkan sikap-sikap atau tindakan-tindkan yang mendukung hal
tersebut.
Dalam hasil
interaksi dengan keluarganya individu juga mempelajari sejumlah adat dan
kebiasaan dalam makan, minum, berpakaian, cara berjalan, berbicara, duduk dan
lain sebagainya. Selain itu dalam keluarga masih banyak hal lain yang sangat
berperan dalam proses pembentukan kemampuan penyesuaian diri yang sehat, seperti
rasa percaya pada orang lain atau diri sendiri, pengendalian rasa ketakutan,
toleransi, kefanatikan, kerjasama, keeratan, kehangatan dan rasa aman karena
semua hal tersebut akan berguna bagi masa depannya.
b. Lingkungan Teman Sebaya
Begitu pula
dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan
semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang
sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada
teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran
dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara bebas tentang rencananya,
cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua itu individu menemukan
telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati yang terbuka untuk
bersatu dengannya.
Dengan
demikian pengertian yang diterima dari temanya akan membantu dirinya dalam
penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu
dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari
orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin
meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui
kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian
diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
c. Lingkungan Sekolah
Sekolah
mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan
informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas.
Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan
sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama
dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan.
Pendidikan
modern menuntut guru atau pendidik untuk mengamati perkembangan individu
dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam
pengertian ini proses pendidikan
merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-nilai yang
diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual
individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode
yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru
sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu.
Pendidikan
remaja hendaknya tidak didasarkan atas tekanan atau sejumlah bentuk kekerasan
dan paksaan, karena pola pendidikan seperti itu hanya akan membawa kepada
pertentangan antara orang dewasa dengan anak-anak sekolah. Jika para remaja
merasa bahwa mereka disayangi dan diterima sebagai teman dalam proses
pendidikan dan pengembangan mereka, maka tidak akan ada kesempatan untuk
terjadi pertentangan antar generasi.
Pengembangan
pribadi adalah kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan diri dan
identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun modal manusia dan
kesempatan kerja, meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada realisasi
mimpi dan aspirasi. Konsep ini tidak terbatas pada pengembangan diri, tapi
juga meliputi kegiatan-kegiatan formal dan informal bagi orang lain berkembang,
dalam peran seperti guru, panduan, konselor, manajer, pelatih, atau
mentor. Akhirnya, sebagai pengembangan pribadi terjadi dalam konteks
institusi, mengacu pada metode, program, peralatan, teknik, dan sistem
penilaian yang mendukung pembangunan manusia pada tingkat individu dalam
organisasi.
·
meningkatkan kekayaan
·
pembangunan rohani
·
meningkatkan kesehatan
·
memulai sebuah perusahaan atau otonomi kehidupan pribadi
Konsep ini
mencakup bidang lebih luas daripada pengembangan diri atau self-help:
pengembangan pribadi juga termasuk kepada orang lain berkembang. Hal ini
dapat terjadi melalui peran seperti seorang guru atau mentor, baik melalui
kompetensi pribadi (seperti keterampilan manajer tertentu dalam mengembangkan
potensi karyawan) atau layanan profesional (seperti memberikan pelatihan,
penilaian atau pembinaan).
Beyond
mengembangkan diri dan mengembangkan orang lain, pengembangan pribadi adalah
bidang praktek dan penelitian. Sebagai bidang praktik itu termasuk metode
pengembangan pribadi, program pembelajaran, sistem penilaian, alat dan
teknik. Sebagai bidang penelitian, topik pengembangan pribadi semakin
muncul dalam jurnal ilmiah, review pendidikan tinggi, jurnal manajemen dan buku
bisnis.
Apapun pembangunan
– baik ekonomi, politik, biologi, organisasi atau pribadi – membutuhkan
kerangka jika seseorang ingin mengetahui apakah perubahan telah benar-benar
terjadi. kerangka pengembangan pribadi mungkin termasuk tujuan atau standar
yang mendefinisikan akhir-poin, strategi atau rencana untuk mencapai tujuan,
pengukuran dan penilaian kemajuan, tingkat atau tahap yang mendefinisikan
tonggak sepanjang jalan pengembangan, dan sistem umpan balik untuk memberikan
informasi tentang perubahan.
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis
saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber
daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.Stress adalah
beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga
perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
Stres
tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena
stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil.Sebagai
contoh, banyak profesionalmemandang tekanan berupa
beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif
yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari
pekerjaan mereka.
Stres
bisa positif dan bisa negatif.Para peneliti berpendapat bahwa stres tantangan,
atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja,
beroperasi sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi
dalam mencapai tujuan. Meskipun riset mengenai
stres tantangan dan stres hambatan baru tahap permulaan, bukti awal menunjukan
bahwa stres tantangan memiliki banyak implikasi yang lebih sedikit negatifnya
dibanding stres hambatan.
Faktor Lingkungan
Selain
memengaruhi desain struktur sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres
para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus
bisnis menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika ekonomi memburuk
orang merasa cemas terhadap kelangsungan pekerjaannya.
Faktor organisasi
Banyak
faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan stres.Tekanan
untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang mepet,
beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan tidak peka, dan rekan
kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di antaranya.Hal ini dapat
mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan tugas, peran, dan
antarpribadi.
Tuntutan
tugas adalah faktor yang terkait dengan pekerjaan seseorang.Tuntutan tersebut
meliputi desain pekerjaan individual, kondisi kerja, dan tata letak fisik
pekerjaan. Sebagai contoh, bekerja di ruangan yang terlalu sesak atau di lokasi yang
selalu terganggu oleh suara bising dapat meningkatkan kecemasan dan stres.
Dengan semakin pentingnya layanan pelanggan, pekerjaan yang menuntut
faktor emosional bisa menjadi sumber stres.
Tuntutan
peran berkaitan dengan tekanan yang
diberikan kepada seseorang sebagai fungsi dari peran tertentu yang dimainkannya
dalam organisasi. Konflik peran menciptakan ekspektasi yang
mungkin sulit untuk diselesaikan atau dipenuhi.
Tuntutan
antarpribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan. Tidak adanya
dukungan dari kolega dan hubungan antarpribadi yang buruk dapat meyebabkan
stres, terutama di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang
tinggi.
Faktor pribadi
Faktor-faktor
pribadi terdiri dari masalah keluarga, masalah
ekonomi pribadi, serta kepribadian dan
karakter yang melekat dalam diri seseorang.
Survei
nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat mementingkan
hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam
hidup perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin
dengan anak-anak adalah beberapa contoh masalah hubungan
yang menciptakan stres.
Masalah
ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala
pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi
kerja karyawan. Studi terhadap tiga organisasiyang berbeda
menunjukkan bahwa gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan
sebagian besar merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan
sembilan bulan kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa
sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk
mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara
umum. Jika kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan
memengaruhi stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang
diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian orang
itu.
Akibat stress
Stres
menampakkan diri dengan berbagai cara. Sebagai contoh, seorang individu yang
sedang stres berat mungkin mengalami tekanan
darahtinggi, seriawan, jadi mudah jengkel, sulit membuat
keputusan yang bersifat rutin, kehilangan selera makan, rentan terhadap
kecelakaan, dan sebagainya.Akibat stres dapat dikelompokkan dalam tiga kategori
umum: gejala fisiologis,
gejala psikologis, dan
gejala perilaku.
Pengaruh
gejala stres biasanya berupa gejala fisiologis.Terdapat riset yang menyimpulkan
bahwa stres dapat menciptakan perubahan dalammetabolisme,
meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, menaikkan tekanan
darah, menimbulkan sakit kepala, dan memicu serangan
jantung.
Stres
yang berkaitan dengan pekerjaan dpat menyebabkan ketidakpuasan terkait dengan
pekerjaan.Ketidakpuasan adalah efek psikologissederhana tetapi paling nyata dari
stres.Namun stres juga muncul dalam beberapa kondisi psikologis lain, misalnya,
ketegangan, kecemasan, kejengkelan, kejenuhan, dan sikap yang suka
menunda-nunda pekerjaan.
Gejala
stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat
produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan
dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang
gagap, serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.Ada banyak riset yang
menyelidiki hubungan stres-kinerja.[Pola yang paling
banyak dipelajari dalam literatur stres-kinerja adalah hubungan
U-terbalik.Logika yang mendasarinya adalah bahwa tingkat stres rendah sampai
menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi.Pola
U-terbalik ini menggambarkan reaksi terhadap stres dari waktu ke waktu dan
terhadap perubahan dalam intensitas stres.
General Adaptation
Syndrom (GAS)
Fisiologi
mendefinisikan stress sebaga bagaimana tubuh bereaksi terhadapa stressor,nyata
atau membayangkan. Suatu stimulus yang menyebabkan stress.Stres akut
mempengaruhi organisme dalam jangka pendek; stress kronis dalam jangka panjang. Selye meneliti efek stres.
Alarm tahap pertama. Ketika ancaman atau
stressor diidentifikasi atau direalisasikan, respons stres tubuh adalah keadaan
alarm.Selama tahap adrenalin akan diproduksi dalam rangka untuk membawa
tentang -atau-penerbangan respons melawan . Ada
juga beberapa aktivasi dari sumbu
HPA , memproduksi kortisol .
Perlawanan adalah tahap kedua. Jika stressor
tetap ada, menjadi perlu untuk mencoba beberapa cara untuk mengatasi
stres.Meskipun tubuh mulai mencoba untuk beradaptasi dengan strain atau
tuntutan lingkungan, tubuh tidak bisa begini terus menerus, sehingga sumber
daya yang secara bertahap habis.
Kelelahan adalah final dan tahap ketiga dalam
model GAS. Pada titik ini, semua sumber daya tubuh yang akhirnya habis dan
tubuh tidak mampu untuk mempertahankan fungsi normal. Awal sistem saraf otonom gejala dapat muncul kembali
(berkeringat, menaikkan denyut jantung dll). Jika tahap ketiga
diperpanjang, kerusakan jangka panjang dapat mengakibatkan sebagai tubuh, dan
sistem kekebalan tubuh kelelahan dan fungsi terganggu mengakibatkan dekompensasi .Hasilnya bisa memanifestasikan dirinya
dalam penyakit jelas seperti bisul , depresi , diabetes ,
masalah dengan sistem
pencernaan atau bahkan kardiovaskular masalah,
bersama dengan penyakit mental lainnya.
Eustress dan Distress
Dimana
fungsi meningkatkan stres (fisik atau mental, seperti melalui pelatihan kekuatan atau pekerjaan yang menantang) itu
dapat dipertimbangkan eustress. stres persisten yang tidak diselesaikan
melalui coping atau adaptasi, dianggap marabahaya, dapat mengakibatkankecemasan atau penarikan (depresi) perilaku.
Perbedaan
antara pengalaman yang menghasilkan eustress atau tekanan ditentukan oleh
perbedaan antara pengalaman (nyata atau membayangkan), harapan pribadi, dan
sumber daya untuk mengatasi stres. pengalaman mengkhawatirkan, baik yang
nyata maupun yang dibayangkan, bisa memicu respons stres.
Lazarus: model penilaian kognitif
Lazarus berpendapat
bahwa agar situasi psikososial menjadi stres, harus dinilai seperti
itu. Ia berpendapat bahwa proses kognitif dari penilaian adalah pusat
dalam menentukan apakah suatu situasi yang berpotensi mengancam, merupakan
bahaya / kerugian, tantangan, atau jinak.
Kedua faktor
pribadi dan lingkungan pengaruh ini penilaian utama, yang kemudian memicu
pemilihan mengatasi proses. Masalah-fokus coping diarahkan dalam mengelola
masalah ini, sementara proses mengatasi emosi-fokus diarahkan untuk mengelola
emosi negatif. penilaian sekunder mengacu pada evaluasi sumber daya yang
tersedia untuk mengatasi masalah, dan dapat mengubah penilaian utama.
Dengan kata
lain, penilaian utama termasuk persepsi tentang bagaimana stres masalahnya dan
penilaian seconday memperkirakan apakah seseorang memiliki lebih dari atau
kurang dari sumber daya yang memadai untuk menangani masalah yang mempengaruhi
penilaian secara keseluruhan stressfulness. Selanjutnya, coping fleksibel
dalam bahwa individu umumnya mengkaji efektivitas coping pada situasi; jika
tidak memiliki efek yang diinginkan, si dia biasanya akan mencoba strategi yang
berbeda.
Sumber :
Schuler, E. Definition and Conceptualization of
Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage, 2002
Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung
: Pusaka Setia.
Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja
perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar
http://okkyyudistira.wordpress.com/2011/03/15/penyesuaian-diri-pertumbuhan-personal-dan-stres/