Minggu, 23 Maret 2014

PSIKOTERAPI


Nama : Wina Prinjani
Kelas  : 3 PA 07
NPM  : 17511412



Artikel 1

Pengertian Psikoterapi
Istilah “psikoterapi”, berasal dari dua kata, yaitu “psiko” dan “terapi”. “Psiko” artinya kejiwaan atau mental dan “terapi” adalah penyembuhan atau usaha. Jadi, psikoterapi dapat disebut usada jiwa atau usaha mental.

Psikoterapi ( psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran, atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosinya, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikisnya.

Menurut Carl Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya dan tidak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini juga digunakan untuk orang sehat atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Menurut pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan), dan konstruktif (pemeliharan dan pengembangan jiwa yang sehat). Psikoterapi sangat berguna untuk:

1.Membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, memberi perspektif masa depan yang lebihcerah.
2.Membantu penderita mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi, dan
3.Membantu penderita menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan pengobatannya.

Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara klien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu menghasilkan perubahan dalam tingkah laku, pikiran dan perasaan klien supaya membantu klien mengatasi tingkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup atau berkembang sebagai seorang individu.

Sumber :
M.A. Subandi, (et.al)., Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer, Pustaka
Sarwono, S. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Press
psychologymania.com


Artikel 2
Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
Psikoterapi adalah serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor/ pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Dibanding dengan Psikoterapi, konseling lebih berurusan dengan kilen (konseli) yang mengalami masalah yang tidak terlalu berat sebagaimana halnya yang mengalami psikopatologi, skizofrenia maupun kelaianan kepribadian.
Umumnya konseling berasal dari pendekatan humanistik dan berpusat pada klien. Konselor juga berhubungan dengan permasalahan sosial, budaya dan perkembangan selain permasalahan yang berkaitan dengan fisik, konseling melihat kliennya sebagai seseorang yang tidak mempunyai kelainan secara patologis. Konseling merupakan pertemuan antara konselor dengan kliennya yang memungkinkan terjadinya dialog dan bukannya pemberian terapi atau perawatan (treatment). Konseling juga mendorong terjadinya penyelesaian masalah oleh diri klien sendiri.
Di Amerika dan di Eropa, profesi konselor tidak bisa dipisahkan dari dunia terapi. Richard Nelson (2011) menuliskan; upaya untuk memisahkan konseling dan terapi tidak pernah berhasil sepenuhnya. Konseling dan psikoterapi  merepresentasikan kegiatan yang berbeda, namun keduanya menggunakan model model teoritik yang sama. Konselor dan psikoterapis di Inggris menyatu dalam asosiasi yang sama, karena mereka tidak bisa memisahkan perbedaan mendasar antara mereka. Maka mereka menyatu dalam British Association for Counseling and Psychoterapy. Demikian pula halnya di Australia, konselor dengan psikoterapis bersatu dalam wadah yang satu yang disebut Psychotherapy & Counseling Federation of Australia.
Salah satu ahli yang berupaya membedakan antara konseling dengan psikoterapi adalah Raymond J. Corsini, dalam bukunya Current PsyChoTherapies (1989) ia mencoba membedakan konseling dan psiko terapi hanya dari kuantitas kegiatannya bukan pada kualitas pekerjaanya.
Proses
Counseling (%)
Psikoterapi (%)
Mendengar
20
60
Bertanya
15
10
Mengevaluasi
5
5
Interpretasi
1
3
Men-support
5
10
Menjelaskan
15
5
Informasi
20
3
Menasihati
10
3
Mengatur
9
1
Estimasi presentase pemanfaatan waktu Konselor dan Psikotherapis
Dengan angka-angka itu, Corsini tidak bisa menemukan perbedaan fundamental dari kedua profesi ini. Bahkan dengan melihat fakta yang dikuatifikasi tersebut menjadi sulit untuk membuat perbedaan definisi antara keduanya.
Sekolah-sekolah yang menggunakan konsep internasional di Indonesia, pada umumnya lebih memilih merekrut psikolog daripada guru Bimbingan Konseling. Mengapa? Menurut beberapa dari mereka kekuatan guru konseling ada pada administrainya, sedangkan psikolog lebih terampil menangani kasus-kasus siswa. Padahal, guru Bimbingan Konseling diadakan untuk tujuan tersebut.
Sementara itu, di Amerika, konselor di sekolah juga melakukan terapi kepada siswa-siswinya. Sebagaimana psikoterapis, mereka juga diikat dengan kode etik yang sama. Geerald Corey dalam bukunya Theory and Practice of Counseling and Psychoterapi menuliskan, segenap calon terapis dan konselor (di sekolah) harus mempelajari 19 hal yang telah ditetapkan oleh APA (The American Psychological Association) karena secara etik hal itu mengikat bagi mereka. Ke sembilan belas hal itu adalah
(1) Tanggungjawab,
(2) Kompetensi,
(3) Standard moral dan hukum,
(4) Penggambaran yang salah,
(5) Pernyataan-pernyataan di hadapan publik,
(6) Kerahasiaan,
(7) Kesejahteraan klien,
(8) Hubungan klien-terapis,
(9) Pelayanan-pelayanan impersonal,
(10) Pengumuman pelayanan-pelayanan,
(11) Hubungan-hubungan antar profesi,
(12) Pemberian pengajaran,
(13) Keamanan tes,
(14) Penafsiran tes,
(15) Publikasi tes,
(16) Kehati-hatian meneliti,
(17) Kredit publikasi,
(18) Tanggungjawab organisasi, dan
(19) Aktivitas promosi. Lihatlah di Amerika konselor dan terapis diikat dengan tali yang sama dalam begitu banyak hal. Hal itu mengindikasikan sedikitnya perbedaan antara konselor dan psikoterapis. Apa yang harus diperhatikan oleh konselor adalah memahami batas-batas etika. Para  terapis yang etis tidak menggunakan diagnotika atau prosedur-prosedur treatment yang berada di luar lingkup mereka Corey (2007). Ukuran seorang konselor dan psikoterapis kapabel atau tidak menurut Corey bukan tergantung pada sertifikat yang ia miliki. Kadang-kadang, dengan selembar sertifikat seseorang dianggap kualifide, tetapi dalam prakteknya amburadul. Banyak juga ditemukan orang yang tidak memiliki keabsahan apapun untuk melakukan terapi tetapi justru bisa malakukan terapi dengan sangat efektif. Jika profesi anda adalah konselor, maka  ukuran kapabilitasnya sebenarnya tergantung pada sejauh mana anda memahami diri anda sendiri. Katakan tidak jika memang anda tidak sanggup menanganinya. Diskusikan dengan teman seprofesi atau dirujuk kepada mereka yang anda anggap mampu. Itu salah satu cerminan sikap profesional.

Sumber :
wikipedia.org


Artikel 3
Bentuk-Bentuk Utama dalam Terapi
·         Terapi supportive : Merupakan suatu terapi untuk merawat atau memperbaiki kondisi yang mendasarinya, melainkan meningkatkan kenyamanan pasien. Psikoterapi suportif adalah pendekatan psikoterapi yang mengintegrasikan psikodinamik, kognitif-perilaku, dan interpersonal yang model konseptual dan teknik. Tujuan dari terapis adalah untuk memperkuat sehat dan adaptif pasien pola pikir perilaku untuk mengurangi konflik intrapsikis yang menghasilkan gejala gangguan mental . Tidak seperti di psikoanalisis, di mana analis bekerja untuk mempertahankan sikap netral sebagai “kanvas kosong” untuk transferensi, dalam terapi suportif terapis terlibat dalam hubungan penuh emosional, mendorong, dan mendukung dengan pasien sebagai metode untuk melanjutkan sehat mekanisme pertahanan, terutama dalam konteks hubungan interpersonal. Terapi ini telah digunakan untuk pasien yang menderita kasus yang parah kecanduan serta Bulimia Nervos, stres dan penyakit mental lainnya. Kepercayaan sangat penting antara pasien dan dokter untuk membantu pasien mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa genetika, studi hewan dan neuroscience mungkin memiliki dampak atau berperan dalam psikoterapi suportif. Psikoterapi suportif digunakan terutama untuk memperkuat kemampuan pasien untuk mengatasi stres melalui beberapa kegiatan utama, termasuk dengan penuh perhatian mendengarkan dan mendorong ekspresi pikiran dan perasaan, membantu individu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih tentang situasi dan alternatif mereka, membantu menopang individu harga diri dan ketahanan dan bekerja untuk menanamkan rasa harapan. Umumnya, pemeriksaan yang lebih dalam sejarah individu dan menyelidik motivasi yang mendasari dihindari. Psikoterapi suportif adalah bentuk umum dari terapi yang dapat diberikan dalam jangka pendek atau panjang, tergantung pada individu dan keadaan tertentu. Melalui psikoterapi suportif, dokter membantu pasien belajar bagaimana untuk maju dan membuat keputusan atau perubahan yang mungkin diperlukan untuk beradaptasi, baik untuk perubahan akut, seperti kehilangan orang yang dicintai atau kekecewaan yang parah, atau situasi yang kronis, seperti penyakit yang sedang berlangsung, misalnya, episode depresi berulang. Seringkali, sebelum hal ini dapat dicapai, pasien perlu diberi kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka tentang isu-isu, dan ini merupakan bagian penting dari psikoterapi suportif. Dalam bentuk terapi, hubungan saling percaya antara pasien dan dokter merupakan bagian integral dari penyembuhan pasien atau kemajuan. Adalah penting bahwa seseorang memiliki keyakinan bahwa dokter dapat memahami perasaan mereka putus asa atau marah, namun tetap mempertahankan kepercayaan dalam kemampuan mereka untuk pulih. Dokter juga harus membantu pasien untuk memahami perbedaan antara pemulihan dan mendapatkan kembali apa yang telah hilang. Dalam banyak kasus, mendirikan kembali pola masa lalu atau sebelum kehidupan adalah tidak mungkin, dan pasien harus datang untuk berdamai dengan perubahan yang perlu dibuat.

·         Terapi reeducative : Adalah teknik praktek/ pendekatan pada fungsional treatment pada cedera dalam yang terjadi melalui trauma, gerakan berulang, atau kelelahan tubuh menahun. Tujuannya untuk membangkitkan pengertian pada penderita tentang konflik-konflik jiwa yang dikandungnya, yang terutama terletak dalam alam sadarnya. Aliran-aliran :

Relationship therapy (John Levy, Allen, Taft) yaitu relasi terapis – penderita
Attitude therapy (David therapy) yaitu distorsi sikap penderita
Psychobiologic therapy (Adolf Meyer) yaitu eksplanasi atas dasar bio-psiko-sosiologik
Interview Psychotherapy (Finesinger, Stanley Law)
Psychologic therapy / therapeutic counseling (Rogers) dll.
·        Terapi reconstructive: Merupakan psikoterapi untuk merawat individu yang memiliki gangguan kepribadian, terutama kepada yang tidak bisa ditolong oleh ahli terapi lainnya atau obat-obatan. Reconstructive Therapy juga merupakan ilmu yang menyelami alam tak sadar melalui teknik seperti asosiasi bebas, interpretasi mimpi, analisa daripada transfersi . Tujuannya untuk perombakan radikal daripada corak kepribadian hingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian diri yang lebih efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional dengan dilahirkannya potensi adaptif baru perombakan radikal daripada corak kepribadian hingga tak hanya tercapai suatu penyesuaian diri yang lebih efisien, akan tetapi juga suatu maturasi daripada perkembangan emosional dengan dilahirkannya potensi adaptif baru.
Sumber :
wikipedia.org
back2best.com