Sejarah
Terbentuknya Danau Toba yang Nyaris Memusnahkan Kehidupan di Bumi
Beberapa tahun lalu sekelompok peneliti dibawah pimpinan
Greg Zielinski, peneliti dari Universitas New Hampshire, Amerika, melakukan
penelitian di Greenland, Kutub Utara. Tim Zielinski mempelajari umur lapisan es
yang terbentuk di kutub. Dari penelitian itu, mereka mendapati pola perubahan
temperatur es bumi secara global dalam kurun waktu yang cukup lama. Yang
mengejutkan mereka dari penelitian itu adalah, pada suatu saat sekitar 74.000
tahun lalu, ada lonjakan besar kandungan sulfat di atmosfer, yang mengakibatkan
terjadinya penurunan temperatur bumi secara drastis.
Lonjakan penurunan itu terjadi hampir 40 kali dari kondisi normal. Dari informasi itu mereka memperkirakan bahwa ada kejadian global yang menjadikan kandungan sulfat di atmosfir sangat besar sampai kurang lebih 2-4 ribu megaton H2SO4 (asam sulfat) di atmosfir. Kejadian global yang dahsyat itu membentuk awan kuning yang menutupi hampir seluruh permukaan bumi, menjadikan sinar matahari tidak bisa menembus. Dan akhirnya terjadi penurunan temperatur bumi. Pada saat yang sama mahluk hidup, binatang dan tumbuhan mati. Tim Zielinski bertanya-tanya kejadian apa pada 74.000 tahun lalu, dan dimana terjadinya di bumi.
Ditempat lain, Michael Rampino seorang ahli geologi dari University of New York, meneliti temperatur bumi dari kondisi geologis tanah. Dia meneliti pola temperatur sejak ribuan tahun yang lalu berdasarkan material geologi. Dari penelitian itu ia mendapati, pada suatu saat, ada penurunan temperatur bumi sebesar 5 derajat celcius dalam beberapa tahun. Dalam keadaan normal, penurunan temperatur sebesar itu terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Dari data ini ia menyimpulkan bahwa ada kejadian dahsyat luar biasa yang menyebabkan terjadinya penurunan temperatur secara luar biasa.
Lalu Michael Rampino menghitung kapan peristiwa luar biasa itu terjadi, dan ia sampai pada suatu angka, bahwa terjadi ledakan super dahsyat pada 74.000 tahun lalu. Pertanyaan selanjutnya adalah ledakan apa yang sedemikian dahsyat di bumi dan dimana persisnya kejadiannya.
Baik Greg Zielinski dan Michael Rampino, sampai pada suatu pertanyaan yang sama, dimana ledakan super dahsyat 74.000 tahun lalu itu.
Seorang ahli vulkanologi di Universitas Toronto, Canada, John Westgate, dia adalah ahli yang bisa menentukan dari mana asal suatu material vulkanik. Ketika dalam bagian penelitiannya, ia mendapatkan material vulkanik dari Eropa, tapi ia menemukan bahwa material vulkanik yang sangat berbeda dari apa yang dia ketahui di Eropa. Maka ia mencoba mencocokkan apakah material itu berasal dari pegunungan Laki di Eropa, ternyata setelah diteliti, material itu tidak dari Gunung Laki.
Sementara itu seorang ahli lain, Craig Chesner, sedang melakukan penelitian di sekitar Danau Toba. Ia terheran-heran dengan bentuk danau dan kedalaman air di danau. Ia kemudian menemukan lapisan debu vulkanik yang sangat tebal di bukit-bukit sekitar Danau Toba. Chesner kemudian mengirimkan contoh debu vulkanik tersebut kepada John Westgate di Toronto.
John Westgate, meneliti debu vulkanik kiriman Chesner, dan ternyata sama dengan yang dia teliti dari Eropa. Pertanyaan Rampino dan pertanyaan Zielinski, ternyata mengarah pada temuan Joh Westgate. Telah terjadi ledakan super dahsyat 74.000 tahun lalu di Sumatera, tepatnya di lokasi Danau Toba sekarang, sebagaimana temuan Chesner.
Ledakan itu sedemikian dahsyat sehingga debunya mencapai Afrika dan daratan Cina serta Eropa. Diperkirakan material vulkanik yang dimuntahkan dari Toba lebih dari 2.000 km kubik magma. Ini lebih dari 4.000 kali jumlah yang dikeluarkan oleh Gunung Pinatubo di Philippina tahun 1991. Tinggi awan debu Toba diperkirakan lebih dari 50 kilometer. Ledakan Toba diperkirakan mengakibatkan kematian yang luar biasa di kawasan Asia Tenggara.
Begitulah kejadian terbentuknya Danau Toba. Sampai sekarang, tidak ada ledakan yang melebihi ledakan Danau Toba 74.000 tahun lalu.
Sebenarnya apa itu supervulkan atau gunung berapi super? Sesuai dengan namanya, supervulkan adalah sebuah gunung api yang mampu memproduksi sebuah erupsi vulkanik dengan material yang lebih besar dari 1.000 km kubik.
Letusannya 1.000 kali lebih besar daripada erupsi gunung berapi paling bersejarah. Supervulkan bisa terjadi ketika magma di dalam perut Bumi naik ke kerak dari sebuah titik panas, tapi tidak mampu memecah kerak. Tekanan terbangun di dalam kolam magma yang besar dan terus berkembang hingga kerak tidak lagi mampu menampung tekanan itu. Mereka juga bisa membentuk batas piringan, seperti Danau Toba di Sumatera Utara, dan lokasi titik panas kontinental, seperti Yellowstone di Amerika Serikat. Discovery Channel menyebut ada enam supervulkan di dunia, tiga di antaranya ada di AS, yaitu Yellowstone, Long Valley, dan Valles Caldera.
Selanjutnya, Danau Toba, Gunung Berapi Taupo di Selandia Baru, dan Kaldera Aira yang di tengahnya terdapat Gunung Api Sakurajima di Jepang. Meskipun hanya disebutkan ada enam supervulkan, erupsi supervulkan biasanya memengaruhi kawasan yang sangat besar dengan lava dan debu vulkanik serta menyebabkan perubahan cuaca dalam jangka panjang seperti memicu masa es yang kecil, yang cukup mengancam kepunahan beberapa spesies. Ahli gunung api dan geologis tidak menggunakan istilah supervulkan. Tapi, sejak 2003, istilah itu digunakan ketika berbicara di hadapan publik. Erupsi yang mencapai indeks erupsi vulkanik (VEI) 8 diistilahkan sebagai ”erupsi super”. Salah satu supervulkan yang saat ini secara dekat diawasi adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Indonesia.
Danau ini pernah meletus sekitar 67.500–75.500 tahun lalu. Erupsi Toba adalah yang terakhir dari serangkaian setidaknya tiga kaldera yang menyebabkan erupsi yang terjadi di gunung api dengan kaldera kaldera sebelumnya terbentuk sekitar 700.000–840.000 tahun lalu. Erupsi terakhir itu memiliki VEI 8 yang digambarkan sebagai letusan megakolosal. Dengan fakta tersebut,ada kemungkinan bahwa letusan itu adalah erupsi vulkanik eksplosif terbesar dalam 25 juta tahun terakhir! Letusan Toba tidak bisa dibandingkan dengan letusan gunung atau kaldera lain yang pernah dialami Bumi sejak manusia bisa berjalan tegak.
Bahkan, letusan Gunung Krakatau, yang menyebabkan puluhan ribu orang tewas pada 1883, hanyalah seukuran kuku hitam jika dibandingkan dengan erupsi Toba. Erupsi Toba memiliki kekuatan 150 megaton TNT. Perbandingannya, bom atom Hirohsima ”hanya” memiliki kekuatan ledakan 0,015 megaton dan kehancurannya 10.000 kali lebih lemah daripada letusan Krakatau. Menurut ilmuwan, erupsi Toba hampir menyapu bersih umat manusia puluhan ribu tahun lalu. Erupsinya memuntahkan sekitar 2.800 km kubik material, sekitar 2.000 km kubiknya jatuh ke tanah dan sekitar 800 km kubik jatuh sebagai debu, lalu angin membawanya ke arah barat. Aliran batu erupsinya menghancurkan sebuah kawasan seluas 20.000 km persegi. Debu vulkaniknya menyelimuti hampir seluruh kawasan Asia Selatan dengan ketebalan rata-rata hampir 15 cm.
Di salah satu kawasan India, debu Toba mencapai ketebalan hingga 6 meter dan sebagian Malaysia tertutup debu vulkanik setebal 9 meter. Selain itu, sekitar 10.000 juta metrik ton asam sulfur juga dilepaskan Toba saat erupsi. Akibatnya, terjadi hujan asam. Menurut teori malapetaka, erupsi Toba menyebabkan Bumi mengalami musim dingin vulkanik selama 6–10 tahun, yang mengakibatkan penurunan jumlah populasi manusia. Beberapa periset memaparkan bahwa erupsi Toba tidak hanya menyebabkan musim dingin vulkanik hebat, tapi juga menambahkan episode pendinginan Bumi selama 1.000 tahun. Kaldera Toba adalah satu-satunya supervulkan yang bisa digambarkan sebagai saudara ”yang lebih besar” bagi Kaldera Yellowstone di AS.
Dengan memuntahkan 2.800 km kubik material, erupsi Toba bahkan lebih besar daripada erupsi super yang terjadi pada 2,1 juta tahun lalu yang membentuk Island Park Caldera di Idaho, AS! Saat itu, erupsi Yellowstone memuntahkan 2.500 km kubik material. Erupsi Toba juga sekitar tiga kali lebih besar daripada erupsi terakhir Lava Creek Yellowstones pada 630.000 tahun lalu. Perbandingan lainnya, selain dengan Krakatau, adalah letusan vulkanik terbesar dalam sejarah, yaitu erupsi Gunung Tambora, Sumbawa, Indonesia, pada 1815. Letusan Tambora memuntahkan sekitar 100 km kubik batu dan menyebabkan 1816 sebagai tahun tanpa musim panas di seluruh kawasan utara Bumi. Sementara letusan Gunung St Helen di Negara Bagian Washington, AS, memuntahkan sekitar 1,2 km kubik material.
Erupsi terbesar yang diketahui terjadi sejak erupsi Toba adalah erupsi oruanui Gunung Api Taupo, Selandia Baru, yang memuntahkan sekitar 530 km kubik magma. Keruntuhan berikutnya membentuk sebuah kaldera, yang setelah terisi air, membentuk Danau Toba. Pulau Samosir yang berada di tengah danau itu terbentuk oleh kubah lantai kaldera karena gerakan magma di perut Bumi.
Bahkan, penyebaran debu akibat letusan Gunung Toba itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu. Bukti-bukti yang ditemukan, memperkuat dugaan, bahwa kekuatan letusan dan gelombang lautnya sempat memusnahkan kehidupan di Atlantis.
Lonjakan penurunan itu terjadi hampir 40 kali dari kondisi normal. Dari informasi itu mereka memperkirakan bahwa ada kejadian global yang menjadikan kandungan sulfat di atmosfir sangat besar sampai kurang lebih 2-4 ribu megaton H2SO4 (asam sulfat) di atmosfir. Kejadian global yang dahsyat itu membentuk awan kuning yang menutupi hampir seluruh permukaan bumi, menjadikan sinar matahari tidak bisa menembus. Dan akhirnya terjadi penurunan temperatur bumi. Pada saat yang sama mahluk hidup, binatang dan tumbuhan mati. Tim Zielinski bertanya-tanya kejadian apa pada 74.000 tahun lalu, dan dimana terjadinya di bumi.
Ditempat lain, Michael Rampino seorang ahli geologi dari University of New York, meneliti temperatur bumi dari kondisi geologis tanah. Dia meneliti pola temperatur sejak ribuan tahun yang lalu berdasarkan material geologi. Dari penelitian itu ia mendapati, pada suatu saat, ada penurunan temperatur bumi sebesar 5 derajat celcius dalam beberapa tahun. Dalam keadaan normal, penurunan temperatur sebesar itu terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Dari data ini ia menyimpulkan bahwa ada kejadian dahsyat luar biasa yang menyebabkan terjadinya penurunan temperatur secara luar biasa.
Lalu Michael Rampino menghitung kapan peristiwa luar biasa itu terjadi, dan ia sampai pada suatu angka, bahwa terjadi ledakan super dahsyat pada 74.000 tahun lalu. Pertanyaan selanjutnya adalah ledakan apa yang sedemikian dahsyat di bumi dan dimana persisnya kejadiannya.
Baik Greg Zielinski dan Michael Rampino, sampai pada suatu pertanyaan yang sama, dimana ledakan super dahsyat 74.000 tahun lalu itu.
Seorang ahli vulkanologi di Universitas Toronto, Canada, John Westgate, dia adalah ahli yang bisa menentukan dari mana asal suatu material vulkanik. Ketika dalam bagian penelitiannya, ia mendapatkan material vulkanik dari Eropa, tapi ia menemukan bahwa material vulkanik yang sangat berbeda dari apa yang dia ketahui di Eropa. Maka ia mencoba mencocokkan apakah material itu berasal dari pegunungan Laki di Eropa, ternyata setelah diteliti, material itu tidak dari Gunung Laki.
Sementara itu seorang ahli lain, Craig Chesner, sedang melakukan penelitian di sekitar Danau Toba. Ia terheran-heran dengan bentuk danau dan kedalaman air di danau. Ia kemudian menemukan lapisan debu vulkanik yang sangat tebal di bukit-bukit sekitar Danau Toba. Chesner kemudian mengirimkan contoh debu vulkanik tersebut kepada John Westgate di Toronto.
John Westgate, meneliti debu vulkanik kiriman Chesner, dan ternyata sama dengan yang dia teliti dari Eropa. Pertanyaan Rampino dan pertanyaan Zielinski, ternyata mengarah pada temuan Joh Westgate. Telah terjadi ledakan super dahsyat 74.000 tahun lalu di Sumatera, tepatnya di lokasi Danau Toba sekarang, sebagaimana temuan Chesner.
Ledakan itu sedemikian dahsyat sehingga debunya mencapai Afrika dan daratan Cina serta Eropa. Diperkirakan material vulkanik yang dimuntahkan dari Toba lebih dari 2.000 km kubik magma. Ini lebih dari 4.000 kali jumlah yang dikeluarkan oleh Gunung Pinatubo di Philippina tahun 1991. Tinggi awan debu Toba diperkirakan lebih dari 50 kilometer. Ledakan Toba diperkirakan mengakibatkan kematian yang luar biasa di kawasan Asia Tenggara.
Begitulah kejadian terbentuknya Danau Toba. Sampai sekarang, tidak ada ledakan yang melebihi ledakan Danau Toba 74.000 tahun lalu.
Sebenarnya apa itu supervulkan atau gunung berapi super? Sesuai dengan namanya, supervulkan adalah sebuah gunung api yang mampu memproduksi sebuah erupsi vulkanik dengan material yang lebih besar dari 1.000 km kubik.
Letusannya 1.000 kali lebih besar daripada erupsi gunung berapi paling bersejarah. Supervulkan bisa terjadi ketika magma di dalam perut Bumi naik ke kerak dari sebuah titik panas, tapi tidak mampu memecah kerak. Tekanan terbangun di dalam kolam magma yang besar dan terus berkembang hingga kerak tidak lagi mampu menampung tekanan itu. Mereka juga bisa membentuk batas piringan, seperti Danau Toba di Sumatera Utara, dan lokasi titik panas kontinental, seperti Yellowstone di Amerika Serikat. Discovery Channel menyebut ada enam supervulkan di dunia, tiga di antaranya ada di AS, yaitu Yellowstone, Long Valley, dan Valles Caldera.
Selanjutnya, Danau Toba, Gunung Berapi Taupo di Selandia Baru, dan Kaldera Aira yang di tengahnya terdapat Gunung Api Sakurajima di Jepang. Meskipun hanya disebutkan ada enam supervulkan, erupsi supervulkan biasanya memengaruhi kawasan yang sangat besar dengan lava dan debu vulkanik serta menyebabkan perubahan cuaca dalam jangka panjang seperti memicu masa es yang kecil, yang cukup mengancam kepunahan beberapa spesies. Ahli gunung api dan geologis tidak menggunakan istilah supervulkan. Tapi, sejak 2003, istilah itu digunakan ketika berbicara di hadapan publik. Erupsi yang mencapai indeks erupsi vulkanik (VEI) 8 diistilahkan sebagai ”erupsi super”. Salah satu supervulkan yang saat ini secara dekat diawasi adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Indonesia.
Danau ini pernah meletus sekitar 67.500–75.500 tahun lalu. Erupsi Toba adalah yang terakhir dari serangkaian setidaknya tiga kaldera yang menyebabkan erupsi yang terjadi di gunung api dengan kaldera kaldera sebelumnya terbentuk sekitar 700.000–840.000 tahun lalu. Erupsi terakhir itu memiliki VEI 8 yang digambarkan sebagai letusan megakolosal. Dengan fakta tersebut,ada kemungkinan bahwa letusan itu adalah erupsi vulkanik eksplosif terbesar dalam 25 juta tahun terakhir! Letusan Toba tidak bisa dibandingkan dengan letusan gunung atau kaldera lain yang pernah dialami Bumi sejak manusia bisa berjalan tegak.
Bahkan, letusan Gunung Krakatau, yang menyebabkan puluhan ribu orang tewas pada 1883, hanyalah seukuran kuku hitam jika dibandingkan dengan erupsi Toba. Erupsi Toba memiliki kekuatan 150 megaton TNT. Perbandingannya, bom atom Hirohsima ”hanya” memiliki kekuatan ledakan 0,015 megaton dan kehancurannya 10.000 kali lebih lemah daripada letusan Krakatau. Menurut ilmuwan, erupsi Toba hampir menyapu bersih umat manusia puluhan ribu tahun lalu. Erupsinya memuntahkan sekitar 2.800 km kubik material, sekitar 2.000 km kubiknya jatuh ke tanah dan sekitar 800 km kubik jatuh sebagai debu, lalu angin membawanya ke arah barat. Aliran batu erupsinya menghancurkan sebuah kawasan seluas 20.000 km persegi. Debu vulkaniknya menyelimuti hampir seluruh kawasan Asia Selatan dengan ketebalan rata-rata hampir 15 cm.
Di salah satu kawasan India, debu Toba mencapai ketebalan hingga 6 meter dan sebagian Malaysia tertutup debu vulkanik setebal 9 meter. Selain itu, sekitar 10.000 juta metrik ton asam sulfur juga dilepaskan Toba saat erupsi. Akibatnya, terjadi hujan asam. Menurut teori malapetaka, erupsi Toba menyebabkan Bumi mengalami musim dingin vulkanik selama 6–10 tahun, yang mengakibatkan penurunan jumlah populasi manusia. Beberapa periset memaparkan bahwa erupsi Toba tidak hanya menyebabkan musim dingin vulkanik hebat, tapi juga menambahkan episode pendinginan Bumi selama 1.000 tahun. Kaldera Toba adalah satu-satunya supervulkan yang bisa digambarkan sebagai saudara ”yang lebih besar” bagi Kaldera Yellowstone di AS.
Dengan memuntahkan 2.800 km kubik material, erupsi Toba bahkan lebih besar daripada erupsi super yang terjadi pada 2,1 juta tahun lalu yang membentuk Island Park Caldera di Idaho, AS! Saat itu, erupsi Yellowstone memuntahkan 2.500 km kubik material. Erupsi Toba juga sekitar tiga kali lebih besar daripada erupsi terakhir Lava Creek Yellowstones pada 630.000 tahun lalu. Perbandingan lainnya, selain dengan Krakatau, adalah letusan vulkanik terbesar dalam sejarah, yaitu erupsi Gunung Tambora, Sumbawa, Indonesia, pada 1815. Letusan Tambora memuntahkan sekitar 100 km kubik batu dan menyebabkan 1816 sebagai tahun tanpa musim panas di seluruh kawasan utara Bumi. Sementara letusan Gunung St Helen di Negara Bagian Washington, AS, memuntahkan sekitar 1,2 km kubik material.
Erupsi terbesar yang diketahui terjadi sejak erupsi Toba adalah erupsi oruanui Gunung Api Taupo, Selandia Baru, yang memuntahkan sekitar 530 km kubik magma. Keruntuhan berikutnya membentuk sebuah kaldera, yang setelah terisi air, membentuk Danau Toba. Pulau Samosir yang berada di tengah danau itu terbentuk oleh kubah lantai kaldera karena gerakan magma di perut Bumi.
Bahkan, penyebaran debu akibat letusan Gunung Toba itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu. Bukti-bukti yang ditemukan, memperkuat dugaan, bahwa kekuatan letusan dan gelombang lautnya sempat memusnahkan kehidupan di Atlantis.
Legenda Danau Toba
Pada zaman dahulu di suatu desa di
Sumatera Utara hiduplah seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah
lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan lahan pertaniannya untuk
keperluan hidupnya.
Selain mengerjakan ladangnya,
kadang-kadang lelaki itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari
rumahnya. Setiap kali dia memancing, mudah saja ikan didapatnya karena di
sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan. Ikan hasil pancingannya dia
masak untuk dimakan.
Pada suatu sore, setelah pulang dari
ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi sudah cukup
lama ia memancing tak seekor iakan pun didapatnya. Kejadian yang seperti
itu,tidak pernah dialami sebelumnya. Sebab biasanya ikan di sungai itu mudah
saja dia pancing. Karena sudah terlalu lama tak ada yang memakan umpan
pancingnya, dia jadi kesal dan memutuskan untuk berhenti saja memancing. Tetapi
ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang
langsung menarik pancing itu jauh ketengah sungai. Hatinya yang tadi sudah
kesal berubah menjadi gembira, Karena dia tahu bahwa ikan yang menyambar
pancingnya itu adalah ikan yang besar.
Setelah beberapa lama dia biarkan
pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing itu disentakkannya, dan
tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar-gelepar di ujung tali
pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas.
Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dari mulut ikan itu. Pada
saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan
penuh arti. Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke satu tempat dia pun
masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira sekali karena belum
pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa
enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah dipanggang. Ketika meninggalkan
sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah mulai senja.
Setibanya di rumah, lelaki itu
langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur. Ketika dia hendak
menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya
sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong
rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar dia naik kembali
ke atas rumah dan langsung menuju dapur.
Pada saat lelaki itu tiba di dapur,
dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di
tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa keping uang emas.
Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu, dia meninggalkan
dapur dan masuk kekamar.
Ketika lelaki itu membuka pintu
kamar, tiba-tiba darahnya tersirap karena didalam kamar itu berdiri seorang
perempuan dengan rambut yang panjang terurai. Perempuan itu sedang menyisir
rambutnya sambil berdiri menghadap cermin yang tergantung pada dinding kamar.
Sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba membalikkan badannya dan memandang
lelaki itu yang tegak kebingungan di mulut pintu kamar. Lelaki itu menjadi
sangat terpesona karena wajah perempuan yang berdiri dihadapannya luar biasa
cantiknya. Dia belum pernah melihat wanita secantik itu meskipun dahulu dia
sudah jauh mengembara ke berbagai negeri.
Karena hari sudah malam, perempuan
itu minta agar lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu menyalakan lampu, dia
diajak perempuan itu menemaninya kedapur karena dia hendak memasak nasi untuk
mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh perempuan itu bahwa dia
adalah penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat lelaki itu ketika memancing
di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa beberapa keping uang emas yang
terletak di dapur itu adalah penjelmaan sisiknya. Setelah beberapa minggu
perempuan itu menyatakan bersedia menerima lamarannya dengan syarat lelaki itu
harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit asal
usul istrinya myang menjelma dari ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian,
kawinlah mereka.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai
seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu sngat dimanjakan
ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan pemalas.
Setelah cukup besar, anak itu
disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang.
Namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksa ibunya yang
mengantarkan nasi ke ladang.
Suatu hari, anak itu disuruh ibunya
lagi mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan
tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesl pergilah ia mengantarkan nasi
itu. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauknya dia makan. Setibanya
diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya.
Saat menerimanya, si ayah sudah merasa sangat lapar karena nasinya terlambat
sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika
melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin
bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari
nasinya itu. Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia pukul anaknya sambil mengatakan:
“Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak keturunan
perempuan yang berasal dari ikan!”
Sambil menangis, anak itu berlari
pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia mengadukan bahwa dia dipukuli
ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan ayahnya kepadanya di ceritakan
pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena
suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia ucapkan
kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit
yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu
tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa bertanya lagi, si anak
segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari menuju ke bukit tersebut
dan mendakinya.
Ketika
tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak pohon kayu yang
dipanjatnya di atas bukit , dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu
jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat
menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke
dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang
sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat.
Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan
tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tak bisa menyelamatkan
dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu
semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari
dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama
Pulau Samosir.
http://cerita-daerah.blogspot.com/2011/05/legenda-danau-toba.html