A. Mempengaruhi Perilaku
-
Definisi Pengaruh
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari
sesuatu (seseorang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuatan seseorang.
Menurut
Badudu dan Zain, pengaruh adalah daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi,
sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain dan tunduk atau
mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain.
Jadi,
dapat disimpulkan pengaruh adalah suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain karena kuasa orang lain.
-
Kunci-kunci Perubahan Perilaku
Ø
Courage: diperlukan keberanian,kebulatan,tekad
dan keteguhan hati
Ø
High confidence : kekuatan penggerak hidup anda
Ø
Attitude: mental yang positif
Ø
New action: tindakan yang benar-benar konsisten
Ø
Goal: target atau tujuan yang benar-benar
diinginkan
Ø
Excellence :menjadi yang terbaik
-
Model Mempengaruhi Perilaku
Perannya dalam Psikologi Manajemen
Model kepemimpinan didasarkan pada pendekatan yang
mengacu pada hakikat kepemimpinan yang berlandaskan pada perilaku dan
keterampilan seseorang yang berbaur kemudian membentuk gaya kepemimpinan yang
berbeda.
B. Kekuasaan
-
Definisi
Kekuasaan
Kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan
kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang
atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi
pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang
mempengaruhi.
-
Sumber-sumber Kekuasaan menurut French &
Raven
Adapun sumber kekuasaan menurut French &
Raven, yaitu :
1). Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan kekuasaan paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Hukuman adalah segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya. Pemberian hukuman kepada seseorang dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik/merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer menggunakan kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuh pada perintah karena takut pada konsekuensi tidak menyenangkan yang mungkin akan diterimanya. Jenis hukuman dapat berupa pembatalan pemberikan konsekwensi tindakan yang menyenangkan; misalnya pembatalan promosi, pembatalan bonus, maupun pelaksanaan hukuman seperti skors, PHK, potong gaji, teguran di muka umum, dan sebagainya. Meskipun hukuman mungkin mengakibatkan dampak sampingan yang tidak diharapkan, misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman adalah bentuk kekuasaan paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak produktif dalam organisasi.
1). Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan kekuasaan paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Hukuman adalah segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya. Pemberian hukuman kepada seseorang dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik/merugikan organisasi dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer menggunakan kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuh pada perintah karena takut pada konsekuensi tidak menyenangkan yang mungkin akan diterimanya. Jenis hukuman dapat berupa pembatalan pemberikan konsekwensi tindakan yang menyenangkan; misalnya pembatalan promosi, pembatalan bonus, maupun pelaksanaan hukuman seperti skors, PHK, potong gaji, teguran di muka umum, dan sebagainya. Meskipun hukuman mungkin mengakibatkan dampak sampingan yang tidak diharapkan, misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman adalah bentuk kekuasaan paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak produktif dalam organisasi.
2). Kekuasaan Imbalan (Insentif Power)
Kemampuan seseorang untuk memberikan imbalan
kepada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka. Kekuasaan imbalan
digunakan untuk mendukung kekuasaan legitimasi. Jika seseorang memandang bahwa
imbalan, baik imbalan ekstrinsik maupun imbalan intrinsik, yang ditawarkan
seseorang atau organisasi yang mungkin sekali akan diterimanya, mereka akan
tanggap terhadap perintah. Penggunaan kekuasaan imbalan ini amat erat sekali
kaitannya dengan teknik memodifikasi perilaku dengan menggunakan imbalan
sebagai faktor pengaruh.
3). Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi, misalnya sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut. Kekuasaan legitimasi sangat serupa dengan wewenang. Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat, mereka akan patuh. Tetapi jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tidak sah, mereka mungkin sekali akan membangkang. Batas-batas kekuasaan ini akan sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan sistem nilai yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih rendah. Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi, misalnya sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut. Kekuasaan legitimasi sangat serupa dengan wewenang. Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat, mereka akan patuh. Tetapi jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tidak sah, mereka mungkin sekali akan membangkang. Batas-batas kekuasaan ini akan sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan sistem nilai yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
4). Kekuasaan Pakar (Expert Power)
Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain dinilai mempunyai kekuasaan, walaupun kedudukan mereka rendah. Semakin sulit mencari pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan ini adalah suatu karakteristik pribadi, sedangkan kekuasaan legitimasi, imbalan, dan paksaan sebagian besar ditentukan oleh organisasi, karena posisi yang didudukinya.
Contohnya ; Pasien-pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakit
Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain dinilai mempunyai kekuasaan, walaupun kedudukan mereka rendah. Semakin sulit mencari pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan ini adalah suatu karakteristik pribadi, sedangkan kekuasaan legitimasi, imbalan, dan paksaan sebagian besar ditentukan oleh organisasi, karena posisi yang didudukinya.
Contohnya ; Pasien-pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakit
5). Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma ; misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan; dikagumi karena karakteristiknya. Pemimpin karismatik bukan hanya percaya pada keyakinan – keyakinannya sendiri (factor atribusi), melainkan juga merasa bahwa ia mempunyai tujuan-tujuan luhur abadi yang supernatural (lebih jauh dari alam nyata). Para pengikutnya, di sisi lain, tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin, tetapi juga mengidolakan dan memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang berkekuatan gaib atau tokoh spiritual (factor konsekuensi). Jadi, pemimpin kharismatik berfungsi sebagai katalisator dari psikodinamika yang terjadi dalam diri para pengikutnya seperti dalam proses proyeksi, represi, dan regresi yang pada gilirannya semakin dikuatkan dalam proses kebersamaan dalam kelompok. Dalam masa puncaknya, Bung Karno misalnya; diberi gelar paduka yang mulia, Panglima Besar ABRI, Presiden seumur hidup, petani agung, pramuka agung, dan berbagai gelar yang lainnya.
Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma ; misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan; dikagumi karena karakteristiknya. Pemimpin karismatik bukan hanya percaya pada keyakinan – keyakinannya sendiri (factor atribusi), melainkan juga merasa bahwa ia mempunyai tujuan-tujuan luhur abadi yang supernatural (lebih jauh dari alam nyata). Para pengikutnya, di sisi lain, tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin, tetapi juga mengidolakan dan memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang berkekuatan gaib atau tokoh spiritual (factor konsekuensi). Jadi, pemimpin kharismatik berfungsi sebagai katalisator dari psikodinamika yang terjadi dalam diri para pengikutnya seperti dalam proses proyeksi, represi, dan regresi yang pada gilirannya semakin dikuatkan dalam proses kebersamaan dalam kelompok. Dalam masa puncaknya, Bung Karno misalnya; diberi gelar paduka yang mulia, Panglima Besar ABRI, Presiden seumur hidup, petani agung, pramuka agung, dan berbagai gelar yang lainnya.
C. Teori-teori Leadership
-
Definisi Leadership
Leadership
(Kepemimpinan), berasal
dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek dan
yang dipimpin sebagai objek. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan,
membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi.
Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap
keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu
tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan
ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama.
-
Teori
Kepemimpinan Partisipatif
Ø
Teori X dan Y dari Douglas Mc. Gregas
Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan oleh Mc. Gregas di Sloan School
of Management MIT pada tahun 1960 yang telah digunakan dalam manajemen sumber daya manusia, perilaku
organisasi, komunikasi organisasi dan pengembangan organisasi. Teori ini
diungkapkan oleh Douglas Mc. Gregas yang mengemukakan strategi kepemimpinan
efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal dengan
menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X
cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai
teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Untuk kriteria
karyawan yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak
akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki
tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari
atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab
pekerjaannya.
Ø
Teori Sistem Empat dari Rensis Likert
a. Sistem
1, otoritatif dan eksploitif:
Pemimpin membuat semua keputusan yang
berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya.
Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh pemimpin.
Manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman; komunikasi atas ke bawah dengan
kebanyakan keputusan diambil di atas; atasan dan bawahan memiliki jarak yang
jauh.
b. Sistem
2, otoritatif dan benevolent:
Pemimpin tetap menentukan
perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar
terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan
tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan;, informasi mengalir ke atas
dibatasi untuk manajemen apa yang ingin didengar dan keputusan kebijakan
sementara datang dari atas beberapa keputusan yang ditetapkan dapat dilimpahkan
ke tingkat yang lebih rendah, atasan mengharapkan kepatuhan bawahan
c. Sistem
3, konsultatif:
Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dan
memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan
bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang
cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan
daripada ancaman hukuman. Manajemen menawarkan hadiah, kadang-kadang hukuman;
keputusan besar datang dari atas sementara ada beberapa yang lebih luas
keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan komunikasi rincian ke bawah ke
atas sementara komunikasi penting hati-hati.
d. Sistem
4, partisipatif:
Sistem yang paling ideal menurut Likert
tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan
dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila pemimpin secara formal
yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan
pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, pemimpin tidak
hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba
memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting. Manajemen
kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan tujuan kinerja
yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi; komunikasi mengalir ke segala
arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan keputusan melalui proses kelompok
dengan masing-masing kelompok terkait dengan orang lain dengan orang-orang yang
menjadi anggota lebih dari satu kelompok yang disebut menghubungkan pin; dan
bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah produktivitas yang tinggi dan lebih
baik hubungan industrial.
Ø Theory of Leadership Pattern Choice dari
Tannebaum & Scmidt
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan
Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui
beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut
dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim
lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis. Perilaku otokratis, pada
umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau wewenang berasal
dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan pemimpin, karena
pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya serta memegang
tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui ancaman dan
hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat
antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada
pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain itu,
orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas. Perilaku
demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang
yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat
dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama
dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran,
pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi diskusi
dan keputusan kelompok.
-
Modern
Choice Approach to Participation
Menurut
teori ini gaya kepemimpinan yang tepat ditentukan oleh corak persoalan yang
dihadapi oleh macam keputusan yang harus diambil. Model teori ini dapat
digunakan untuk:
a. Membantu mengenali berbagai jenis situasi
pemecahan persoalan secara berkelompok (group problem solving situation).
b. Menyarankan gaya kepemimpinan mana yang dianggap
layak untuk setiap situasi.
Ada tiga
perangkat parameter yang penting yaitu klasifikasi gaya kepemimpinan, kriteria
efektifitas keputusan, kriteria penemukenalan jenis pemecahan persoalan.
Misalnya seorang dokter yang mengambil keputusan untuk melakukan operasi terhadap pasien yang mengalami kecelakaan tanpa dia harus berkonsultasi terlebih dahulu terhadap staf-stafnya dengan menggunakan informasi yang pada waktu itu diketahuinya. Dari sini dapat dilihat bahwa gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh dokter tersebut merupakan gaya pengambilan keputusan A-1 yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang dimana dia mengambil keputusannya sendiri dalam memecahkan persoalan dengan menggunakan informasi yang pada waktu itu diketahuinya.
Misalnya seorang dokter yang mengambil keputusan untuk melakukan operasi terhadap pasien yang mengalami kecelakaan tanpa dia harus berkonsultasi terlebih dahulu terhadap staf-stafnya dengan menggunakan informasi yang pada waktu itu diketahuinya. Dari sini dapat dilihat bahwa gaya pengambilan keputusan yang diambil oleh dokter tersebut merupakan gaya pengambilan keputusan A-1 yang dilakukan oleh seorang pemimpin yang dimana dia mengambil keputusannya sendiri dalam memecahkan persoalan dengan menggunakan informasi yang pada waktu itu diketahuinya.
-
Contingency
Theory of Leadership dari Fiedler
a. Model
ini menyatakan bahwa keefektifan suatu kelompok bergantung pada:
Hubungan dan interaksi pemimpin dan bawahannya.
Hubungan dan interaksi pemimpin dan bawahannya.
b. Sejauh
mana pemimpin mengendalikan dan mempengaruhi suatu situasi. Dalam hal yang
pertama dapat dinilai dengan kuisoner LPC (Least Prepered Coworker).
c. Jika skor LPC tinggi, maka pemimpin
berorientasi pada hubungan.
d. Jika skor LPC rendah, maka pemimpin
berorientasi pada tugas.
Misalnya didalam lingkungan bermasyarakat ketua RT setiap minggunya mengajak masyarakatnya untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar. Dimana kerja bakti tersebut diadakan agar mempererat hubungan antara ketua RT dengan warganya dan warga dengan sesama warga yang lain. Dalam kerja bakti tersebut ketua RT membimbing warganya untuk sama-sama bekerjasama dan dari kegiatan tersebut dapat diperoleh suatu manfaat agar ketua RT dapat mengenal warga lebih jauh dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.Tujuan ketua RT bukan hanya untuk menjadikan kampungnya bersih,tetapi lebih kepada mempererat hubungan interpersonal diantara mereka.
Dari sini dapat dilihat bahwa ketua RT tersebut memilik skor LPC yang tinggi. Karena dia lebih berfokus pada hubungan dengan warganya.
Misalnya didalam lingkungan bermasyarakat ketua RT setiap minggunya mengajak masyarakatnya untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar. Dimana kerja bakti tersebut diadakan agar mempererat hubungan antara ketua RT dengan warganya dan warga dengan sesama warga yang lain. Dalam kerja bakti tersebut ketua RT membimbing warganya untuk sama-sama bekerjasama dan dari kegiatan tersebut dapat diperoleh suatu manfaat agar ketua RT dapat mengenal warga lebih jauh dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama.Tujuan ketua RT bukan hanya untuk menjadikan kampungnya bersih,tetapi lebih kepada mempererat hubungan interpersonal diantara mereka.
Dari sini dapat dilihat bahwa ketua RT tersebut memilik skor LPC yang tinggi. Karena dia lebih berfokus pada hubungan dengan warganya.
-
Path Goal Theory
Model
path-goal menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar:
a. Fungsi pertama;
member kejelasan alur.
b. Fungsi kedua; adalah meningkatkan jumlah hasil
(reward) bawahannya.
Misalnya di darerah Cipayung diadakan
arisan peket sembako, dimana ketua arisan paket sembako setiap tiga bulan
sekali mengadakan rapat dengan para koordinator untuk meningkatkan kinerja koordinator.
Didalam rapat tersebut para koordinator memberikan saran untuk memperbaiki
hasil dari isi paket sembako tersebut, mengadakan hiburan setiap dua bulan
sekali dan ketua arisannya juga berkonsultasi kepada mereka dalam pengelolahan
keuangan dari arisan tersebut.
D.
Motivasi
-
Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak atau bahasa
Inggrisnya to move. Motif diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk
berbuat (driving force). Motif tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor
eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motof disebut
motivasi.
Jadi motivasi menurut Walgito adalah keadaan dalam
diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Sedangkan
menurut Plotnik, motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologi dan psikologi
yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada
waktu tertentu.
-
Teori Drive Reinforcement & Implikasi Praktisnya
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi,
perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya
tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif,
atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab
kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang
memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan
memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
a. Suatu keadaan yang mendorong
b.Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
c. Pencapaian tujuan yang memadai
d. Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi. Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari (learned drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda. Teori reinforcement Teori ini mempunyai dua aturan pokok, aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan jawaban-jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif ( menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara akasi atau tindakannya dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
a. Suatu keadaan yang mendorong
b.Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
c. Pencapaian tujuan yang memadai
d. Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali disebut lingkaran korelasi. Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari (learned drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda. Teori reinforcement Teori ini mempunyai dua aturan pokok, aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan jawaban-jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif ( menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara akasi atau tindakannya dengan sebab akibat.
Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2. Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3. Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja jika jawaban yang benar terjadi
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
-
Teori Hiekarki Kebutuhan Maslow
Menurut Maslow ada 5 jenis kebutuhan manusia yang tersusun secara
bertingkat sebagai suatu hiekarki, yaitu :
a.
Tingkat 1 : Kebutuhan-kebutuhan fisik, misalnya
makanan, air, seks dan tidur.
b.
Tingkat 2 : Kebutuhan akan keamanan, misalnya
perlindungan dari kejahatan.
c.
Tingkat 3 : Kebutuhan akan rasa cinta dan
diterima, misalnya affiliasi dengan individu-individu lain dan diterima oleh
individu-individu lain.
d.
Tingkat 4 : Kebutuhan akan penghargaan, misalnya
prestasi, kompetensi, memperoleh pengakuan dan penghargaan.
e.
Tingkat 5 : Aktualisasi diri. Pemenuhan potensi
keunikan seseorang.
-
Kebutuhan yang relavan dengan perilaku
dalam organisasi
Ada 4 metode pembentukan
perilaku dalam organisasi, yaitu :
a.
Penguatan
positif : bila suatu respon diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan, misalnya pujian.
b.
Penguatan negatif : bila suatu
respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik kembalinya sesuatu yang tidak
menyenangkan, misalnya berpura-pura bekerja lebih rajin sangat pengawas berkeliling.
c.
Hukuman
: mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha untuk menyingkirkan
perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya : Penskorsan.
d.
Pemunahan
: menyingkirkan penguatan apa saja yang mempertahankan perilaku. Misalnya tidak
mengabaikan masukan dari bawahan akan menghilangkan keinginan mereka untuk menyumbangkan pendapat.
Maka, dapat dinyatakan kebutuhan
yang relavan dengan perilaku dalam organisasi adalah dimana adanya penguatan
positif dan negatif agar terbentuknya suatu respon yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Serta adanya hukuman dan pemunahan agar menyingkirkan perilaku
yang tidak diinginkan ataumenghilangkan suatu keinginan.
Daftar Pustaka :
ebookbrowsee.net
wikipedia.com
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Daftar Pustaka :
ebookbrowsee.net
wikipedia.com
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Sunyoto Munandar,
Ashar (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sihotang. A. Drs. M.B.A.
(2006).Menejemen Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Karjadi. M.(1987). Kepemimpinan ( Leadership ), Bogor.
Basuki, Heru, Dr. A.M. MSi.(2008). Psikologi Umum, Jakarta : Universitas Gunadarma.
P.Siagian,
Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka
Citra.
Greenberg J. & Baron RA.(1996) Behavior in
Organizations: Understanding & Managing The Human Side of Work, Prentice
Hall International Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar