§
Symptom Reducing Responses Stress
-
Respon terhadap Stress, menyangkut Defense
Mechanism
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566)
penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
Lazarus (1996), Coping: upaya
manusia dalam mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umumnya neggatif atau
merespon situasi penuh stres.
(Roesch & Weiner, 2001)
Coping berupa
pelarian/penghindaran (misalnya berharap bahwa situasi akan berakhir dengan
sendirinya) merupakan metode coping yang paling tidak efektif untuk mengadapi
banyak masalah kehidupan.
Banyak orang meyakini bahwa tidak
mungkin mendefinisikan secara objektif peristiwa atau situasi
untuk dapat dikategorikan sebagai stresor psikologi (a.l., Lazarus,
1966). Mereka menekankan aspek kognitif stres, yaitu, mereka meyakini bahwa
cara kita menerima atau menilai lingkungan menentukan apakah terdapat suatu
stresor.
Dua Dimensi Coping (Lazarus dan
Folkman, 1984):
1. Coping
yang berfokus pada masalah
Mencakup bertindak langsung untuk
mengatasi maslah atau mencari informasi yang relevan dengan solusinya.
Contohnya adalah menyusun jadwal belajar untuk menyelesaikan berbagai tugas
dalam satu semester sehingga mengurangi tekanan pada akhir semester.
2. Coping
yang berfokus pada emosi
Merujuk pada berbagai upaya untuk
mengurangi berbagai reaksi emosional negative erhadap stres, contohnya, dengan
mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari r asa
nyaman dari orang lain.
Reaksi Stres:
a. Reaksi
pada Aspek Jasmaniah
Respon
otomatis terhadap situasi yang menekan ditandai dengan kerja keras dari
organ-organ yang ada dibawah system saraf simpatetik antara lain: pupil mata,
produksi saliva menurun, paru-paru lebih mengembang karena oksigen lebih
banyak, kadar gula dalam darah meningkat, jantung berdetak lebih keras, darah
membawa oksigen dan glukosa lebih banyak sebagai sumber energy, kelenjar
adrenalin memproduksi hormone adrenalin, pada limpa lebih banyak sel darah
merah yang dikeluarkan dan membawa lebih banyak oksigen ke otot, pencernaan
makanan terhenti dan energy dipusatkan ke otot. Bila situasi tetap tidak
terkendali dan stres menjadi sesuatu yang kronis maka dapat beraibat munculnya
berbagai macam penyakit.
b. Reaksi
pada Aspek Psikologis
Stres mempengaruhi pikiran dan
perasaan seperti bingung, khawattir, perubahan pola tidur, makan, perilaku
seks, konsentrasi menurun, tidak mampu berfikir jernih, tidak mampu mengambil
keputusan, harga diri menurun, kepercayaan diri berkurang, putus asa dan
depresi. Individu yang sering stres cenderung melarikan diri dari keyataan,
misalnya mengkonsumsi alkohok dan obat-obatan.
c. Reaksi
pada Aspek Social
Kehabisan tenaga untuk berartisipasi
aktif dalam kegiatan di lingkungan sekitar. Pikiran negative mengatakan bahwa
diri ditolak orang lain, sehingga muncul keyakinan bahwa orang lain membenci
dan menolak diri. Akibatnya menarik diri dari lingkungan, dan menjauh dari
hubungan denagn orag lain.
d. Reaksi
pada Aspek Spiritual
Individu yang mengalami kegagalan,
musibah, atau bencana sering merasa putus asa, mengeluh bahwa Tuhan tidak adil,
dan tidak rela atas takdir Tuhan yang menimpa dirinya. Individu tidak mampu
berfikir jernih dan mengambil hikmah dari cobaan-Nya, bahkan keputusannya yang
dialami dapat makin menjauhkan diri dari Tuhan.
Pendekatan Problem Solving (strategi
koping yang spontan mengatasi stress)
Manusia adalah mahluk
somato-psiko-sosial-spiritual, yang terdiri dari fisik, jiwa , spiritual, dan
mahluk yang harus berinteraksi secara sosial dengan orang lain yang keempatnya
saling berinteraksi karena unsur-unsur tersebut saling berkait, dan saling
mempengaruhi sejak saat pembuahan sampai akhir hayatnya. Semua permasalahan
yang timbul harus dicari keterkaitannya dengan melihat keempat unsur tersebut,
agar pemecahannya masalah manusia lebih optimal
Bila permasalahan yang timbul
hanya dilihat satu aspek saja , sedang ke-3 yang lain tidak diperhatikan , maka
pemecahan masalah tidak akan berjalan secara sempurna . pendekatan seperti ini
disebut pendekatan holistik.yang mempertimbangkan dan memperhatikan manusia
dalam 4 unsur secara keseluruhan
Penyembuhan seseorang akibat
gangguan psikosomatik ini tidak hanya berupa obat-obatan yang disesuaikan
dengan gejala yang timbul tapi juga dengan menganjurkan pola hidup yang baik,
olah raga, menyalurkan hobi, dan yang juga sangat penting adalah meningkatkan
ibadah. Dengan peningkatan motivasi beribadah dan sikap beribadah, maka pasien
akan memperkuat mental dan psikisnya , dan mendapat ketenangan. Dengan
mengingat Allah maka harinya akan menjadi tenang dan tentram seperti Dalam Al-Quran surat
Al-Rad (13:28) Allah berfirman. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. Menurut Hawari Ada beberapa
pengelolaan terhadap stress, yaitu
1. Olah raga.
2. Rekreasi
3. Kasih sayang
4. Sosial ekonomi
5. Menghindari Rokok
6. Pergaulan/Silaturahmi
7. Tidur yang cukup
8. Makanan yang seimbang dan
teratur
9. Pengelolaan waktu yang baik
10. Agama
Motivasi
adalah kecenderungan yang timbul pada seseorang untuk melakukan sesuatu aksi
atau tindakan dengan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Dengan motivasi, kita
akan mengukur prilaku orang tersebut , bagaimana ia memberi perhatian,
mengetahui relevansi antara motivasi dan kebutuhannya, kepercayaan dirinya dan
hasil yang dirasakannya setelah ia melaksanakan motivasi, yang kemudian oleh
peneliti di nilai sikap dan prilakunya .
Ibadah
adalah amalan yang diniatkan untuk berbakti kepada Allah SWT, dengan menjauhi
laranganNya dan melaksanakan perintahNya, yang pelaksanaanya diatur, secara
syariah.
Jadi
perilaku Ibadah adalah sikap seseorang untuk berbakti kepada Allah untuk
mencapai tujuan hidupnya, yaitu mendapat ridho Allah..
Bagaimana kita menanggulangi
stress agar terhindar dari psikosomatik , adalah dengan beribadah yang iklash.
Allah berfirman dalam Al-Quran ” Katakanlah ,’Sesungguhnya Shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam ”
(al-An’amm:162)
QS
Az-zumar 39:2. Sesunguhnya Kami menurunkan
kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Gangguan psikosomatik adalah
gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisis dan
diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu
dengan timbulnya gejala-gejala tersebut (IPD Mudjaddid, Shatri,, 684).
Gangguan psikosomatik tidak
terlepas dari berbagai stresor psikososial dimana setiap keadaan atau peristiwa
yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga ia harus
menyesuaikan diri menanggulangi segala perubahan yang timbul, dan jenis-jenis
stresor yang timbul misalnya: (1) stresor sosial seperti masalah pekerjaan,
masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah keluarga, hubungan interpersonal,
perkembangan, penyakit fisik, masalah kekerasan rumah tangga (2) stresor psikis
seperti perasaan rendah diri, frustasi., malu, merasa berdosa. (3) stresor
fisis (panas, dingin, bising, bau yang menyengat, banjir) dan lain-lain.
Stress menurut Hans Selye
seorang ahli fisiologi dari Universitas Montreal merumuskan bahwa stress adalah
tanggapan tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan atasnya.
Menurut Dadang Hawari, istilah
stress dan depresi sering kali tidak dapat dipisahkan, setiap permasalahan
kehidupan yang menimpa seseorang (disebut stresor psikososial) dapat
menyebabkan gangguan fungsi/faal organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini disebut stress,
dan manakala fungsi organ-organ tubuh tersebut sampai terganggu dinamakan
distress. karena stress tidak dapat dihindari yang penting bagaimana manusia
itu dapat menyikapi hidupnya tampa harus mengalami distress.
(Hawari, 1998:44)
Kegelisahan
adalah pangkal dari stress, menurut Hans Selye Stress may also be defined as “the sum
of physical and mental responses to an unacceptable disparity between real or
imagined personal experience and personal expectations.(Stress juga dapat
diartikan sebagai sejumlah respon fisik dan mental yang tidak diharapkan karena
ketidak seimbangan antara yang terjadi atau yang di angankan dengan yang
diharapkan” Gejala fisik yang terjadi dapat akut atau kronik (Wikipedia, the
free encyclopedia)
Dalam mengahadapi stress, respon tubuh
terhadap perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 3 fase (1)Alarm reaction
(reaksi peringatan), pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor (perubahan)
dengan baik, (2)The
Stage of resisten (reaksi pertahanan), reaksi terhadap stresor sudah melampaui
tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala psikis dan somatic, (3)Stage of Exhaustion (reaksi
kelelahan). Pada fase ini gejala-psikosomatik tampak jelas.
Dasar-dasar psikopatofisiologi
, gangguan psikis/konflik emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata
juga diikuti dengan perubahan fisiologis dan biokemis pada tubuh seseorang, dan
perubahan fisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan sistem syaraf
outonom vegetatif, sistem endokrin dan sistem imun
(E. Mudjaddid, Hamzah, IPD
,686)
Penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan spikis antara lain :
Dispepsia Fungsional
Hipertensi esensial.
3. Asma bronkiale
Depresi , merupakan gangguan
afektif yang ditandai dengan adanya mood depresi (sedih). Hilang minat dan
mudah lelah. Pada umumnya pasien datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan
somatik.
Ansietas merupakan kecemasan
yang berlebihan dan lebih bersifat subyektif. Pada umumnya pasien datang ke
poliklinik dengan keluhan somatik, dengan gejala cemas berlebihan, subyektif ,
tidak realistis.
Nyeri Psikogenik adalah keluhan
nyeri yang penyebabnya bukan penyebab penyakit organik ditemukan gejala nyeri
tampa kelainan organ yang jelas misalnya nyeri kepala, migren, mialgia,
atralgia.
Motivasi dan sikap beribadah
yang iklash dapat dijadikan alternatif sebagai psikoterapi suportif yang dapat
mestabilkan hormon stress yang biasanya terpicu dalam jumlah banyak ketika
stresor yang datang bertubi-tubi dan menyebabkan gejala-gejala psikosomatik.
Sebelum gejala tersebut berkepanjangan, pasien di motivasi untuk mempertinggi
ibadahnya sehingga selain diberikan pengobatan somatoterapi, maupun manipulasi
lingkungan juga kita memberi beberapa tuntunan Ibadah seperti menjalankan solat
5 waktu tepat waktu, solat tahajud pada sepertiga malam terakhir, puasa sunah ,
zikir dan sodaqah. Nasehat secara verbal dapat memberi support kepada pasien
agar dapat menjalankan hidup ini lebih rileks dan
Dengan memberikan motivasi yang
dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah
seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir,
zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih
tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap
psikosomatik.
Beribadah adalah pengakuan kita
terhadap Allah , dimana kita bergantung hanya pada satu yaitu Allah yang
menciptakan manusia , dunia, dan alam semesta. Dengan pengakuan ini, timbulkan
rasa aman dalam jiwa manusia bahwa ada pendukung hidupnya yang amat dekat, yang
tidak akan pernah membuatnya sedih. QS, At-Taubah :40 ….La tahzan Innalaha Ma’ana, ”janganlah
kamu bersedih sesugguhnya Allah berserta kita”
Dalam beribadah kita memerlukan
motivasi motivasi menggerakkan sikap, tampa ada motivasi yang didasari
keiklasan, apalagi semata-mata hanya menjalankan kewajiban, maka ibadah
tersebut menjadi kering tampa makna. Bila kita membaca Quran tampa mengerti
artinya , nasehat Allah kepada kita tidak akan masuk dalam dalam hati maupun
jiwa kita.Bila tidak tertanam dalam jiwa, bagaimana mengamalkannya? Dalam Surah
Fushilat :44 Allah berfirman”Qul huwa lil ladziina aamanuu hudaw wa syifaa ”
yang artinya ” katakanlah :”Al-quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang yang beriman”(QS, 41;44)
Dengan memberikan motivasi yang
dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah
seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir,
zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih
tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap
psikosomatik.
Hidup ini penuh dengan segala cobaan
jadi tidak mungkin hanya tidur, makan tampa bekerja, tidur kebanyakan juga bisa
stress, kebanyakan kerja juga bisa stress, jatuh cinta enggak kesampaian juga
bisa stress. hari ini jumat taggal 9 november , saya dan staf saya berkunjung
ke rumah pasien-pasien yang menderita gangguan kejiwaan, beberapa dari mereka
menunjukan hal yang menggembirakan, karena ada yang menderita skizofrenia ,
sekarang sudah bisa sembuh walaupun dalam pengawasan obat dan rawat jalan,
alhamdulillah 2 dari penderita skizofrenia ada yang sudah menikah tahun ini dan
sedang hamil. keberhasilan pengobatan adalah disebabkan berbagai faktor , yaitu
pengobatan yang intensif, dukungan dari keluarga dan masyarakat. semakin dini
pengobatan, makin prognosis nya makin baik.
Sumber :
http://selir-impian.blogspot.com/2012/04/stress.htmlhttp://konselingkita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=47:faktor-penyebab-stress-akademik&catid=42:artikel&Itemid=64
Tidak ada komentar:
Posting Komentar