Senin, 29 April 2013


§  Symptom Reducing Responses Stress
-          Respon terhadap Stress, menyangkut Defense Mechanism
Menurut Lazarus (dalam Santrock, 2003 : 566) penanganan stres atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1. Coping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stres atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2. Coping yang berfokus pada emosi (problem-focused coping)adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
Lazarus (1996), Coping: upaya manusia dalam mengatasi masalah atau menangani
emosi yang umumnya neggatif atau merespon situasi penuh stres.
(Roesch & Weiner, 2001)
Coping berupa pelarian/penghindaran (misalnya berharap bahwa situasi akan berakhir dengan sendirinya) merupakan metode coping yang paling tidak efektif untuk mengadapi banyak masalah kehidupan.
Banyak orang meyakini bahwa tidak mungkin mendefinisikan secara objektif peristiwa atau situasi untuk  dapat dikategorikan sebagai stresor psikologi (a.l., Lazarus, 1966). Mereka menekankan aspek kognitif stres, yaitu, mereka meyakini bahwa cara kita menerima atau menilai lingkungan menentukan apakah terdapat suatu stresor.
Dua Dimensi Coping (Lazarus dan Folkman, 1984):
1.      Coping yang berfokus pada masalah
Mencakup bertindak langsung untuk mengatasi maslah atau mencari informasi yang relevan dengan solusinya. Contohnya adalah menyusun jadwal belajar untuk menyelesaikan berbagai tugas dalam satu semester sehingga mengurangi tekanan pada akhir semester.
2.      Coping yang berfokus pada emosi
Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai reaksi emosional negative erhadap stres, contohnya, dengan mengalihkan perhatian dari masalah, melakukan relaksasi, atau mencari r asa nyaman dari orang lain.
Reaksi Stres:
a.       Reaksi pada Aspek Jasmaniah
Respon otomatis terhadap situasi yang menekan ditandai dengan kerja keras dari organ-organ yang ada dibawah system saraf simpatetik antara lain: pupil mata, produksi saliva menurun, paru-paru lebih mengembang karena oksigen lebih banyak, kadar gula dalam darah meningkat, jantung berdetak lebih keras, darah membawa oksigen dan glukosa lebih banyak sebagai sumber energy, kelenjar adrenalin memproduksi hormone adrenalin, pada limpa lebih banyak sel darah merah yang dikeluarkan dan membawa lebih banyak oksigen ke otot, pencernaan makanan terhenti dan energy dipusatkan ke otot. Bila situasi tetap tidak terkendali dan stres menjadi sesuatu yang kronis maka dapat beraibat munculnya berbagai macam penyakit.
b.      Reaksi pada Aspek Psikologis
Stres mempengaruhi pikiran dan perasaan seperti bingung, khawattir, perubahan pola tidur, makan, perilaku seks, konsentrasi menurun, tidak mampu berfikir jernih, tidak mampu mengambil keputusan, harga diri menurun, kepercayaan diri berkurang, putus asa dan depresi. Individu yang sering stres cenderung melarikan diri dari keyataan, misalnya mengkonsumsi alkohok dan obat-obatan.

c.       Reaksi pada Aspek Social
Kehabisan tenaga untuk berartisipasi aktif dalam kegiatan di lingkungan sekitar. Pikiran negative mengatakan bahwa diri ditolak orang lain, sehingga muncul keyakinan bahwa orang lain membenci dan menolak diri. Akibatnya menarik diri dari lingkungan, dan menjauh dari hubungan denagn orag lain.

d.      Reaksi pada Aspek Spiritual
Individu yang mengalami kegagalan, musibah, atau bencana sering merasa putus asa, mengeluh bahwa Tuhan tidak adil, dan tidak rela atas takdir Tuhan yang menimpa dirinya. Individu tidak mampu berfikir jernih dan mengambil hikmah dari cobaan-Nya, bahkan keputusannya yang dialami dapat makin menjauhkan diri dari Tuhan.

Pendekatan Problem Solving (strategi koping yang spontan mengatasi stress)
Manusia adalah mahluk somato-psiko-sosial-spiritual, yang terdiri dari fisik, jiwa , spiritual, dan mahluk yang harus berinteraksi secara sosial dengan orang lain yang keempatnya saling berinteraksi karena unsur-unsur tersebut saling berkait, dan saling mempengaruhi sejak saat pembuahan sampai akhir hayatnya. Semua permasalahan yang timbul harus dicari keterkaitannya dengan melihat keempat unsur tersebut, agar pemecahannya masalah manusia lebih optimal
Bila permasalahan yang timbul hanya dilihat satu aspek saja , sedang ke-3 yang lain tidak diperhatikan , maka pemecahan masalah tidak akan berjalan secara sempurna . pendekatan seperti ini disebut pendekatan holistik.yang mempertimbangkan dan memperhatikan manusia dalam 4 unsur secara keseluruhan
Penyembuhan seseorang akibat gangguan psikosomatik ini tidak hanya berupa obat-obatan yang disesuaikan dengan gejala yang timbul tapi juga dengan menganjurkan pola hidup yang baik, olah raga, menyalurkan hobi, dan yang juga sangat penting adalah meningkatkan ibadah. Dengan peningkatan motivasi beribadah dan sikap beribadah, maka pasien akan memperkuat mental dan psikisnya , dan mendapat ketenangan. Dengan mengingat Allah maka harinya akan menjadi tenang dan tentram seperti Dalam Al-Quran surat Al-Rad (13:28) Allah berfirman. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Menurut Hawari Ada beberapa pengelolaan terhadap stress, yaitu
1. Olah raga.
2. Rekreasi
3. Kasih sayang
4. Sosial ekonomi
5. Menghindari Rokok
6. Pergaulan/Silaturahmi
7. Tidur yang cukup
8. Makanan yang seimbang dan teratur
9. Pengelolaan waktu yang baik
10. Agama
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada seseorang untuk melakukan sesuatu aksi atau tindakan dengan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Dengan motivasi, kita akan mengukur prilaku orang tersebut , bagaimana ia memberi perhatian, mengetahui relevansi antara motivasi dan kebutuhannya, kepercayaan dirinya dan hasil yang dirasakannya setelah ia melaksanakan motivasi, yang kemudian oleh peneliti di nilai sikap dan prilakunya .
Ibadah adalah amalan yang diniatkan untuk berbakti kepada Allah SWT, dengan menjauhi laranganNya dan melaksanakan perintahNya, yang pelaksanaanya diatur, secara syariah.
Jadi perilaku Ibadah adalah sikap seseorang untuk berbakti kepada Allah untuk mencapai tujuan hidupnya, yaitu mendapat ridho Allah..
Bagaimana kita menanggulangi stress agar terhindar dari psikosomatik , adalah dengan beribadah yang iklash. Allah berfirman dalam Al-Quran ” Katakanlah ,’Sesungguhnya Shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ” (al-An’amm:162)
QS Az-zumar 39:2. Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Gangguan psikosomatik adalah gangguan atau penyakit dengan gejala-gejala yang menyerupai penyakit fisis dan diyakini adanya hubungan yang erat antara suatu peristiwa psikososial tertentu dengan timbulnya gejala-gejala tersebut (IPD Mudjaddid, Shatri,, 684).
Gangguan psikosomatik tidak terlepas dari berbagai stresor psikososial dimana setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga ia harus menyesuaikan diri menanggulangi segala perubahan yang timbul, dan jenis-jenis stresor yang timbul misalnya: (1) stresor sosial seperti masalah pekerjaan, masalah ekonomi, masalah pendidikan, masalah keluarga, hubungan interpersonal, perkembangan, penyakit fisik, masalah kekerasan rumah tangga (2) stresor psikis seperti perasaan rendah diri, frustasi., malu, merasa berdosa. (3) stresor fisis (panas, dingin, bising, bau yang menyengat, banjir) dan lain-lain.
Stress menurut Hans Selye seorang ahli fisiologi dari Universitas Montreal merumuskan bahwa stress adalah tanggapan tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap tuntutan atasnya.
Menurut Dadang Hawari, istilah stress dan depresi sering kali tidak dapat dipisahkan, setiap permasalahan kehidupan yang menimpa seseorang (disebut stresor psikososial) dapat menyebabkan gangguan fungsi/faal organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini disebut stress, dan manakala fungsi organ-organ tubuh tersebut sampai terganggu dinamakan distress. karena stress tidak dapat dihindari yang penting bagaimana manusia itu dapat menyikapi hidupnya tampa harus mengalami distress.
(Hawari, 1998:44)
Kegelisahan adalah pangkal dari stress, menurut Hans Selye Stress may also be defined as “the sum of physical and mental responses to an unacceptable disparity between real or imagined personal experience and personal expectations.(Stress juga dapat diartikan sebagai sejumlah respon fisik dan mental yang tidak diharapkan karena ketidak seimbangan antara yang terjadi atau yang di angankan dengan yang diharapkan” Gejala fisik yang terjadi dapat akut atau kronik (Wikipedia, the free encyclopedia)
Dalam mengahadapi stress, respon tubuh terhadap perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 3 fase (1)Alarm reaction (reaksi peringatan), pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor (perubahan) dengan baik, (2)The Stage of resisten (reaksi pertahanan), reaksi terhadap stresor sudah melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala psikis dan somatic, (3)Stage of Exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-psikosomatik tampak jelas.
Dasar-dasar psikopatofisiologi , gangguan psikis/konflik emosi yang menimbulkan gangguan psikosomatik ternyata juga diikuti dengan perubahan fisiologis dan biokemis pada tubuh seseorang, dan perubahan fisiologi ini berkaitan erat dengan adanya gangguan sistem syaraf outonom vegetatif, sistem endokrin dan sistem imun
(E. Mudjaddid, Hamzah, IPD ,686)
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan spikis antara lain :
Dispepsia Fungsional
Hipertensi esensial.
3. Asma bronkiale
Depresi , merupakan gangguan afektif yang ditandai dengan adanya mood depresi (sedih). Hilang minat dan mudah lelah. Pada umumnya pasien datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan somatik.
Ansietas merupakan kecemasan yang berlebihan dan lebih bersifat subyektif. Pada umumnya pasien datang ke poliklinik dengan keluhan somatik, dengan gejala cemas berlebihan, subyektif , tidak realistis.
Nyeri Psikogenik adalah keluhan nyeri yang penyebabnya bukan penyebab penyakit organik ditemukan gejala nyeri tampa kelainan organ yang jelas misalnya nyeri kepala, migren, mialgia, atralgia.
Motivasi dan sikap beribadah yang iklash dapat dijadikan alternatif sebagai psikoterapi suportif yang dapat mestabilkan hormon stress yang biasanya terpicu dalam jumlah banyak ketika stresor yang datang bertubi-tubi dan menyebabkan gejala-gejala psikosomatik. Sebelum gejala tersebut berkepanjangan, pasien di motivasi untuk mempertinggi ibadahnya sehingga selain diberikan pengobatan somatoterapi, maupun manipulasi lingkungan juga kita memberi beberapa tuntunan Ibadah seperti menjalankan solat 5 waktu tepat waktu, solat tahajud pada sepertiga malam terakhir, puasa sunah , zikir dan sodaqah. Nasehat secara verbal dapat memberi support kepada pasien agar dapat menjalankan hidup ini lebih rileks dan
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.
Beribadah adalah pengakuan kita terhadap Allah , dimana kita bergantung hanya pada satu yaitu Allah yang menciptakan manusia , dunia, dan alam semesta. Dengan pengakuan ini, timbulkan rasa aman dalam jiwa manusia bahwa ada pendukung hidupnya yang amat dekat, yang tidak akan pernah membuatnya sedih. QS, At-Taubah :40 ….La tahzan Innalaha Ma’ana, ”janganlah kamu bersedih sesugguhnya Allah berserta kita”
Dalam beribadah kita memerlukan motivasi motivasi menggerakkan sikap, tampa ada motivasi yang didasari keiklasan, apalagi semata-mata hanya menjalankan kewajiban, maka ibadah tersebut menjadi kering tampa makna. Bila kita membaca Quran tampa mengerti artinya , nasehat Allah kepada kita tidak akan masuk dalam dalam hati maupun jiwa kita.Bila tidak tertanam dalam jiwa, bagaimana mengamalkannya? Dalam Surah Fushilat :44 Allah berfirman”Qul huwa lil ladziina aamanuu hudaw wa syifaa ” yang artinya ” katakanlah :”Al-quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman”(QS, 41;44)
Dengan memberikan motivasi yang dapat menimbul motivasi intrinsik dari diri sendiri iklash menjalankan ibadah seperti yang diperintahkan dalam rukun Islam seperti Shallat, puasa, zikir, zakat dan shodaqah, haji dengan iklash diharapkan hati ini dapat menjadi lebih tenang, ketenangan akan menanggulangi stress dan pencegahan terhadap psikosomatik.
Hidup ini penuh dengan segala cobaan jadi tidak mungkin hanya tidur, makan tampa bekerja, tidur kebanyakan juga bisa stress, kebanyakan kerja juga bisa stress, jatuh cinta enggak kesampaian juga bisa stress. hari ini jumat taggal 9 november , saya dan staf saya berkunjung ke rumah pasien-pasien yang menderita gangguan kejiwaan, beberapa dari mereka menunjukan hal yang menggembirakan, karena ada yang menderita skizofrenia , sekarang sudah bisa sembuh walaupun dalam pengawasan obat dan rawat jalan, alhamdulillah 2 dari penderita skizofrenia ada yang sudah menikah tahun ini dan sedang hamil. keberhasilan pengobatan adalah disebabkan berbagai faktor , yaitu pengobatan yang intensif, dukungan dari keluarga dan masyarakat. semakin dini pengobatan, makin prognosis nya makin baik.
Sumber :
http://selir-impian.blogspot.com/2012/04/stress.html
http://konselingkita.com/index.php?option=com_content&view=article&id=47:faktor-penyebab-stress-akademik&catid=42:artikel&Itemid=64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar